Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 178 Hektar Tambang Emas Liar yang Disebut Penyebab Banjir Bandang di Banten

Kompas.com - 08/01/2020, 05:26 WIB
Acep Nazmudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyebut banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Lebak, Banten, disebabkan perambahan hutan dan aktivitas tambang emas liar.

Tambang emas tersebut tersebar di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang merupakan hulu Sungai Ciberang.

Longsoran yang disebabkan oleh aktivitas tambang diduga menjadi salah satu pemicu meluapnya sungai tersebut.

Jokowi meminta aktivitas tambang tersebut segera dihentikan. Kata Jokowi, tidak ada toleransi untuk itu, lantaran merugikan masyarakat.

Baca juga: Wagub Banten Beberkan Penyebab Banjir Bandang Lebak...

Pihak TNGHS saat dikonfirmasi membenarkan bahwa saat ini masih terdapat tambang emas liar di hulu sungai Ciberang. Berdasarkan data yang dimilikinya, luas area tambang emas liar mencapai 178 hektare.

"Hulu Sungai Ciberang mulai dari blok Cibuluh sampai Lebak Sampay Desa Lebak Situt, terdapat kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) dengan luas area mencapai 178 hektare," kata Kepala Seksi Balai TNGHS Wilayah Lebak, Siswoyo, ditemui di kantornya di Cipanas, Lebak, Banten, Selasa (7/1/2020).

Hingga saat ini, kata Siswoyo, terdapat setidaknya 10 blok PETI yang tersebar di TNGHS wilayah Kabupaten Lebak. Blok tersebut antara lain Gunung Julang, Cibuluh, Sampay, Cidoyong, Cimari, Cirotan, Cikidang, Cimadur, Gang Panjang dan Cikatumbiri.

Namun dari jumlah tersebut, hanya 60 persen yang masih aktif. Sisanya ditinggalkan oleh penambang emas liar atau gurandil.

Lubang-lubang tambang yang ditinggalkan tersebut dituding menjadi penyebab longsor hingga materialnya jatuh ke sungai dan memicu banjir bandang.

Namun, pihak TNGHS, kata Siswoyo, belum bisa membuktikan apakah banjir bandang terjadi karena longsor dari lubang-lubang tambang.

"Kami sudah melakukan pemetaan menggunakan drone, sementara baru ditemukan 33 titik longsor, tapi belum menjangkau wilayah yang ada PETI karena aksesnya terputus," kata dia. 

Sebanyak 33 titik longsor tersebut berada di sepanjang aliran Sungai Ciberang dan empat aliran sungai lain, yakni Sungai Ciear, Cikutawungu, Ciladaeun dan Sungai Cihinis.

Longsoran tersebut menutupi aliran sungai yang membawa material seperti tanah, batang pohon hingga jembatan.

"Saat tumpukan longsor tersebut ambrol, air yang terbendung menerjang sepanjang aliran sungai hingga masuk ke pemukiman di hilir. Dari jejak yang ada, ketinggian sungai mencapai enam meter," kata dia.

Panjang aliran sungai yang terdampak banjir bandang tersebut, kata Siswoyo, mencapai 38,9 kilometer, mulai dari Blok Cibuluh hingga hilir Sajira.

Ada pun luas wilayahnya meliputi enam kecamatan, yakni Cipanas, Lebakgedong, Sajira, Curugbitung, Maja dan Cimarga.

Baca juga: Wagub Banten: 2 Sekolah yang Tersapu Banjir di Lebak Bakal Dipindahkan

Dilaporkan sebelumnya, banjir bandang menerjang Kabupaten Lebak, Rabu (1/1/2020). Banjir bandang terjadi lantaran aliran sungai Ciberang yang berhulu di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) meluap.

Enam kecamatan yang terdampak banjir yakni Cipanas, Sajira, Lebakgedong, Curugbitung, Maja dan Cimarga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com