MAGETAN , KOMPAS.com - Pohon durian setinggi lebih dari 30 meter tersebut sudah terlihat menjulang sejak memasuki gapura Dusun Tawing, Desa Plumpung, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Warga setempat menyebutnya pohon durian sekembaran atau durian kembar dalam bahasa Jawa karena terdapat 2 pohon durian yang berdampingan berjarak hanya sekitar 5 meter.
Suwarno (61), merupakan generasi ke 5 dari keturunan Mbah Horeg, sesepuh Desa Plumpung yang menanam pohon durian jenis lokal tersebut.
Kakek Suwarno sendiri meninggal pada usia 116 tahun pada tahun 2008 lalu.
“Kalau umur pohon ini kemungkinan ada 350-an tahun, karena saya ini sudah generasi ke 5 dari Mbah Horeg yang menanam pohon ini,” ujarnya ditemui di rumahnya, Senin (30/12/2019).
Baca juga: Cumasi, Durian Premium dari Bangka Belitung
Desa Plumpung yang berada di kaki Gunung Lawu dengan limpahan air yang tidak pernah kering, menurutnya, menjadi salah satu faktor mengapa durian Tawing miliknya bisa bertahan hingga berusia ratusan tahun.
“Jenisnya ini durian lokal, tapi warga dari luar kota menyebutnya durian tawing karena berasal dari Dukuh Tawing,” katanya.
Pohon durian dengan diameter serangkulan 3 orang tersebut merupakan pohon durian paling tua di Desa Plumpung, bahkan se-Kabupaten Magetan.
Durian tawing milik Suwarno sudah dikenal oleh pemilik kebun durian di Pulau Jawa bahkan sampai Kabupaten Gorontalo.
Suwarno juga sempat diundang oleh pengelola kebun buah mekarsari untuk mengembangkan pohon durian miliknya.
Sayang, karena faktor usia, Suwarno mengaku tak bisa berbuat banyak untuk mengembangkan durian tawing miliknya tersebut.
“Di sana diajari bagaimana cara mengembangkan durian dengan berbagai cara dan mencicipi berbagai jenis buah durian,” imbuhnya.
Diborong pedagang Rp 22 juta
Menurut Suwarno, keistimewaan durian tawing miliknya adalah rasa durian yang memiliki rasa kelat pahit saat musim kemarau dan rasa manis saat musim penghujan.
Daging buah durian tawing juga tebal dengan tekstur daging yang sangat lembut. Durian tawing memiliki biji buah yang kecil dan pipih serta memiliki harum yang lembut tidak menyengat seperti durian biasanya.
Buah durian tawing menurut Suwarno tidak terlalu besar, rata-rata berdiameter 20 sentimeter. Kulit durian berwarna hijau dengan duri sekeliling buah yang tidak terlalu panjang.
“Tangkai durian tawing pasti pendek dengan warna hijau segar. Ini ciri yang mudah dilihat dibandingkan durian jenis lainnya,” ucapnya.
Baca juga: 5 Tips Berburu Durian di Sentra Kuliner Durian Kalibata
Suwarno mengaku tak pernah menjual buah durian miliknya ke pasar, karena sejak berbunga sudah ada saja warga yang memesan.
Pada tahun 2014 salah satu pedagang dari Kabupaten Ngawi pernah memborong duriannya yang baru berbunga sebesar 22 juta rupiah.
Karena dijual borongan, banyak penggemar durian tawing yang terpaksa pulang dengan kecewa.
“Setelah diborong, buah durian banyak yang rontok. Sejak saat itu saya tidak mau jual borongan,” ujarnya.
Kelebihan lain durian tawing dipastikan masak di pohon dan jatuh sendiri.
Suwarno mengaku tidak pernah mengikat buah durian karena kesulitan memanjat pohon durian setinggi 30 meter tersebut.
Dia percaya jika durian yang jatuh secara alami menandakan benar benar sudah tua dan benar benar masak.
Beruntungnya, selama ini meski jatuh dari pohon tidak banyak buah durian yang mengalami kerusakan.
“Kalau pecah ya dibagi sama tetangga,” katanya.
Dalam sekali musim berbuah, pohon durian milik Suwarno mampu menghasilkan 250 hingga 300 buah durian.
Durian tersebut menempel dari batang utama hingga ke pucuk dahan.
Untuk satu buah durian Suwarno menjual dengan harga 100 hingga 125 ribu rupiah, tergantung besar kecilnya buah durian.
Salah satu penggemar durian dari Jakarta, Hasan, mengaku mengetahui durian tawing dari browsing di internet saat berkunjung ke Telaga Sarangan.
Dia mengatakan tidak banyak durian yang dihasilkan dari pohon yang telah berusia ratusan tahun. Karena penasaran, Hasan mencari keberadaan pohon durian di dukuh Tawing tersebut.
“Kalau rasa mungkin kurang lebih dengan durian dari daerah lain. Tapi usia pohon yang mencapai ratusan tahun itu menurut saya langka,” katanya..
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.