"Artinya bukan hanya perempuan tapi laki-laki juga bisa mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Tapi selama ini kita selalu melihat bahwa yang menjadi korban KDRT adalah perempuam, karena ada padangan bahwa perempuan lebih lemah dari pada laki-laki," katanya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/12/2019).
Ia menjelaskan dalam kondisi tertentu ada perempuan yang dominan dalam sebuah pernikahan. Dan saat perempuan marah dan mengungkapkan kekesalannya, ia bisa melakukan KDRT seperti melempar barang dan memukul suaminya.
Baca juga: Kasus Istri Injak Kemaluan Suami, Bisa Berisiko Ganggu Kesuburan
"Tapi orang jauh lebih bisa menerima kalau ada perempuan yang memukul laki-laki dari pada sebaliknya," jelas Dosen Psikiatri di FKIK UKRIDA tersebut.
Menurutnya jika ada laki-laki dipukul perempuan maka bisa dimaklumi dan menjadi sesuatu yang tak perlu dibesar-besarkan.
Namun dokter Andri menjelaskan KDRT oleh perempuan bisa dipicu oleh beberapa masalah seperti laki-laki melakukan hal yang tidak disukai oleh perempuannya seperti selingkuh atau chat dengan perempuan lain.
"Jadi saya kira sebenarnya banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga mungkin. Hanya saja laki-laki malu mengungkapkan karena mungkin dianggap menjadi lemah di dalam pernikahan tersebut," jelasnya.
Baca juga: Kronologi Istri Injak Kemaluan Suami hingga Pingsan, Awalnya dari Cekcok
Jika dalam sebuah keluarga terjadi KDRT, dokter Andri menyarankan akan individu dalam rumah tangga tersebut melakukan konsolidasi.
Selain itu dia mengatakan agar keluarga tersebut tidak membiasakan kekerasan menajdi salah satu cara untuk mengungkapkan perasaan saat emosional dan dalam kondisi tidak nyaman.
"Tidak harus selalu menggunakan kekerasan dan fisik untuk mengungkapkan kekesalan. Kalau ada masalah diselesaikan di konteks ruang pribadi keluarga tersebut. Jika tidak memungkinkan maka salah satu yang bisa dilakukan adalah konsultasi dengan psikolog data psikiater" kata dokter Andri.
Menurutnya ada beberapa masalah dengan gangguan kejiwaan yang memiliki perilaku impulsif seperti memukul, menampar, atau melempar barang.
Baca juga: Polisi Temukan Sperma di Kemaluan Kepala SD yang Tewas di Tasikmalaya
Dan gangguan perilaku impulsif banyak ditemukan dalam gangguan kejiwaan karena depresi, gangguan bipolar atau gangguan kepribadian lainnya.
"Hal ini penting untuk diketahui pasangannya agar bisa mendapatkan hal-hal baik dan itu membantu untuk mengurangi impulsifitas sehingga menjadikan orang itu lebih baik dalam cara menyikapi di lingkungannya sehari-hari ataupun di dalam rumah tangganya," jelasnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aprillia Ika, Dony Aprian)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.