Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentang Alam Berubah Pasca-gempa di Sigi, Sabo Dam Dibangun untuk Cegah Longsor dan Banjir Bandang

Kompas.com - 14/12/2019, 13:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Minggu (8/12/2019), banjir bandang yang membawa material lumpur terjadi di wilayah Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 1.026 jiwa yang direlokasi akibat kejadian tersebut.

Dilansir dari VOA Indonesia, banjir bandang yang terjadi di wilayah Desa Poi dipicu oleh hujan deras selama dua jam yang mengakibatkan material di lereng Gunung Tinombu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Selatan hanyut.

Nartin (37), seorang ibu rumah tangga di Desa Po bercerita saat gempa bumi yang terjadi pada tahun 2018 lalu, Gunung Tinombu di desa mereka akan terbelah karena longsor.

Baca juga: 4 Fakta Banjir Bandang di Sigi, Dua Meninggal hingga Bupati Minta Warga Waspada

Akibatnya terdapat tumpukan material batu becampur pasir dan kerikil seluas 62 hektar di lereng Gunung Tinombu. Material tersebut yang terbawa saat banjir bandang, Minggu pagi.

Menurut Nartin, sejak tumpukan longsoran itu muncul pasca-gempa tahun 2018, warga Desa Poi, Pulu, dan Balongga sudah merasa tak aman.

Mereka takut saat hujan deras dalam waktu yang lama, material tersebut akan terbawa arus ke pemukiman mereka yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari kaki gunung.

Ketakutan mereka terbukti.

Saat banjir bandang menerjang kampung mereka pada Minggu pagi pekan lalu, enam rumah rusak berat tertimbun material pasir bercampur lumpur setingga 1 meter.

Baca juga: Tengah Tertidur, Ayah dan Anak di Sigi Tewas Saat Banjir Bandang Datang

“Kalau sudah hujan, sudah lari kita orang. Sedangkan rumah cuma kecil mau ditempati. Kalau hujan begini, mau lari dimana kita, mau berkumpul dimana?” ujar Nartin dengan nada khawatir.

Hal senada juga diceritakan Ernawati, E (45) saat ditemui VOA Indonesia di lokasi pengungsian di Desa Poi.

Ia mengatakan saat banjir bandang menerjang pemukiman, ia sempat menyelamatkan surat-surat berharga dan beberapa perabot rumahnya.

“Pukul enam, sudah banyak itu lumpur dengan air itu kemari, kayu, batu. Langsung lari semua kita orang,”ujar Ernawaty.

Saat ini, Erna tinggal di pengungsian bersama orangtua dan dua anaknya.

Selain Erna, ada 50 keluarga di Desa Poi yang diungsikan sejak Rabu (11/12/2019) ke bagian timur desa untuk mengantisipasi potensi longsoran dari lereng gunung.

Baca juga: Banjir Lumpur Landa Sigi Sulawesi Tengah, 1026 Jiwa Akan Direlokasi

 

Pemukiman baru

Rekahan di gunung Tinombu yang terbelah akibat longsor diguncang gempa bumi pada 2018,berada tidak jauh dari areal pemukiman masyarakat desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, 9 Desember 2019.VOA/ Yoanes Litha Rekahan di gunung Tinombu yang terbelah akibat longsor diguncang gempa bumi pada 2018,berada tidak jauh dari areal pemukiman masyarakat desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, 9 Desember 2019.
Dilansir dari VOA Indonesia, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi Asrul Repadjori mengatakan gempa pada tahun 2018 mengubah bentang alam di 15 desa di wilayah Sigi.

Akibat berubahnya bentangan alam, 15 desa tersebut rawan bencana banjir badang dan longsor.

“Kenapa terjadi membawa pasir kalau sudah hujan karena gunung-gunung yang berada di sebelah barat ini, banyak yang sudah terbelah-belah. Ada yang longsor akibat gempa, ada yang terbelah,” kata Asrul Repadjori.

Baca juga: 750 Rumah di Solok Selatan Terendam Banjir, 469 Warga Mengungsi

Sementara itu, Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan pihaknya telah menyiapkan lahan seluas tiga hektar di bagian timur Desa Poi sebagai lokasi pemukiman baru.

Pemukiman tersebut akan dihuni oleh warga yang terancam potensi longsoran material dari gunung.

“Nah, untuk mengosongkan kampung tidak, nanti kita lihat saja kampung-kampung yang terindikasi sangat dekat, rawan lumpur tersebut,” ujarnya.

Ia juga mengatakan akan emmantau wilayah-wilayah rawan banjir dan longsor sambil terus melakukan pembersihan material dan nornalisasi aliran sungai.

Baca juga: Cerita Petani di Kampar yang Rugi Ratusan Juta Rupiah akibat Banjir

 

Bangun sabo dam

Alat berat ekskavator membersihkan aliran sungai mati di desa Poi yang dipenuhi material pasir bercampur batu-batu besar yang terbawa banjir bandang, 9 Desember 2019. VOA/ Yoanes Litha Alat berat ekskavator membersihkan aliran sungai mati di desa Poi yang dipenuhi material pasir bercampur batu-batu besar yang terbawa banjir bandang, 9 Desember 2019.
Pada tahun 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) akan membuat sabo dam di Kabupaten Sigi.

Pembangunan dilakukan (Kemen PUPR) bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA)

Sabo dam adalah sebuah teknologi untuk pengendalian erosi, sedimentasi, tanah longsor yang umumnya digunakan untuk pengendalian material di hulu sungai yang ada gunung berapi.

Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan pembangunan sabo dam dilakukan di Sungai Ore di desa Banga dan di Sungai Poi.

Rencananya, sabo dam akan dimulai pada Februari 2020.

Baca juga: Diguyur Hujan 4 Jam, Sejumlah Wilayah di Samarinda Terendam Banjir

Sementara itu Saiful Taslim, ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kabupaten Sigi mengatakan Pemkab Sigi perlu mengidentifikasi kembali wilayah-wilayah pemukiman yang aman maupun tidak aman untuk ditinggali masyarakat.

“Jadi pasca gempa bumi itu memang ada titik-titik yang berpotensi menimbulkan –bencana- ikutan baru,” ujar Saiful.

Saiful mengatakan dengan perubahan bentang alam yang terjadi pasca gemba bumi, perlu dilakukan penataan terhadap tata ruang wilayah.

Hal itu harus disertai dengan model pembangunan pemukiman dan infrastuktur untuk meminimalisasi dampak dari bencana alam gempa bumi, banjir dan longsor di masa mendatang.

Baca juga: 4 Fakta Banjir di Kampar, Ratusan Rumah Terendam hingga Warga Terserang Penyakit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com