Agustia menambahkan, kematian babi ini pernah terjadi pada tahun 1993-1995 yang disebabkan oleh virus hog cholera. Saat itu, populasi babi di Sumut habis.
Seorang tua di Dairi, kata dia, mengatakan saat itu untuk pesta adat masyarakat menggunakan babi hutan.
"Artinya masyarakat itu menerima sebagai musibah. Yang kita harapakan sekarang ini, yang mati jangan dibuang sembarangan," katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Mulkan Harahap, mengatakan, dua hari yang lalu, pihaknya mengirimkan laporan tentang kematian ternak babi hingga 10 Desember sebanyak 25.656 ekor di 16 kabupaten/kota.
Baca juga: Kapolda Sumut: Terkait Kasus Bangkai Babi, Ada Dugaan Keterlibatan Pelaku Usaha
Jumlah kematian tertinggi terjadi di Deli Serdang sebanyak 7.307 dari populasi 57.361 ekor.
Diberitakan sebelumnya, kematian babi di Sumut yang tercatat terjadi sejak 25 September lalu.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, kematian ribuan ternak babi itu disebabkan virus hog cholera.
Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan, selain disebabkan virus hog cholera, pihaknya menemukan indikasi virus ASF. Namun yang berhak menyatakan (declare) ASF adalah Menteri Pertanian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.