Salin Artikel

Jumlah Kematiannya Meningkat, Babi di Sumut Terancam Musnah

Babi-babi yang mati itu menyebar di 16 kabupaten/kota di Sumatera Utara.

Hingga per 11 Desember, akumulasi kematian babi yang terlapor mencapai 27.070 ekor atau sekitar 2,7 persen dari total populasi sebanyak 1.229.742 ekor. 

Hal itu disampaikan Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia kepada wartawan saat ditemui di kantornya di Jalan Gator Subroto, Medan, Kamis (12/12/2019).

Angka kematian babi tersebut naik dari sehari sebelumnya sebanyak 25.656 ekor. Angka tersebut, menurutnya, adalah angka yang terlapor.

Pihaknya yakin masih ada warga yang tidak melaporkan kematian babinya karena faktor jarak atau lokasi.

"Kalau sebelumnya 25.000 yang mati, memang sebegitu cepatnya lah kematiannya di 16 kabupaten/kota," katanya.  

Diketahui, 16 kabupaten tersebut yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Tebing Tinggi, Siantar dan Langkat.

"(Sebanyak) 16 kabupaten/kota itu memang kantong ternak babi atau populasi babi di Sumut," katanya. 

Angka kematian itu sudah dilaporkan ke Direktur Kesehatan Hewan dan Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian.

Berdasarkan penelitian, penyebab kematian babi diduga dari African Swine Fever (ASF). Namun keputusan mutlaknya berada di Jakarta (Menteri Pertanian).

Mengingat, pernyataan (declare) atas penyebab kematian babi di Sumut akan berdampak besar dan tidak bisa serta merta dikeluarkan.

"Sumut itu punya 33 kabupaten/kota. Kematian babi ini terjadi hanya di 16 kabupaten. Kita fokus menjaga 16 ini, jangan sampai bertambah," katanya. 

Ketika ditanya apakah jumlah kematian akan terus bertambah, Agus mengatakan kemungkinan besar iya.

"Berdasarkan ilmunya, ini akan habis semua. Karena pemain di case ini hog cholera ada, penyakit bakterial ada, ASF juga terindikasi. (Apakah declare menunggu habis semua) enggak, ini masih terus dibahas," katanya. 

Agustia menambahkan, kematian babi ini pernah terjadi pada tahun 1993-1995 yang disebabkan oleh virus hog cholera. Saat itu, populasi babi di Sumut habis.

Seorang tua di Dairi, kata dia, mengatakan saat itu untuk pesta adat masyarakat menggunakan babi hutan.

"Artinya masyarakat itu menerima sebagai musibah. Yang kita harapakan sekarang ini, yang mati jangan dibuang sembarangan," katanya. 

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Mulkan Harahap, mengatakan, dua hari yang lalu, pihaknya mengirimkan laporan tentang kematian ternak babi hingga 10 Desember sebanyak 25.656 ekor di 16 kabupaten/kota.

Jumlah kematian tertinggi terjadi di Deli Serdang sebanyak 7.307 dari populasi 57.361 ekor. 

Diberitakan sebelumnya, kematian babi di Sumut yang tercatat terjadi sejak 25 September lalu.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, kematian ribuan ternak babi itu disebabkan virus hog cholera.

Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan, selain disebabkan virus hog cholera, pihaknya menemukan indikasi virus ASF. Namun yang berhak menyatakan (declare) ASF adalah Menteri Pertanian. 

https://regional.kompas.com/read/2019/12/12/17445611/jumlah-kematiannya-meningkat-babi-di-sumut-terancam-musnah

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke