Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Penyintas Gempa Palu Belajar Buat Rumah agar Bisa Awasi Perbaikan Hunian Pasca-gempa

Kompas.com - 10/12/2019, 10:40 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sabtu (7/12/2019) pagi, Lilianti (34) seorang ibu rumah tangga terlihat semangat mengaduk semen, kerikil, dan air untuk mengecor tiang bangunan rumah di Desa Beka.

Ia dan 29 ibu rumah tangga asal Palu, Sigi, dan Donggala mengikuti Pre Event Ibu Pelopor Rekonstruksi, pelatihan intensif cara membangun rumah yang digagas oleh Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah bersama 23 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Pelatihan yang dilakukan selama dua hari tersebut bertujuan agar perempuan khususnya ibu rumah tangga bisa terlibat dalam pengawasan dan memegang kendali proses perbaikan serta pembangunan kembali rumah mereka yang rusak akibat gempa besar pada 2018 lalu.

Baca juga: Setelah Setahun, Dana Hibah untuk Korban Gempa Palu Baru Cair

Dilansir dari VOA Indonesia, Lilianti dan ibu rumah tangga peserta pelatihan mempraktikkan berbagai teknik membangun rumah.

Mereka membuat adukan semen, mengikat besi, hingga menentukan jenis ukuran besi ideal yang digunakan untuk kebutuhan tiang bangunan rumah.

“Ke depannya, kami bisa mengawasi tukang-tukang yang bekerja di rumah agar lebih hati-hati dalam membangun rumah. Kalau dia pakai besi enam dan besi tujuh, kami harus tegur. Harus pakai besi 12 agar rumah yang akan kami tinggali itu kokoh dari gempa,” tutur Lilianti.

Baca juga: Hunian Tetap Korban Gempa Palu Terbangun 300 Unit

Sementara itu, Hairunisa ibu rumah tangga asal Desa Beka mengakui gempa bumi yang memberikan pelajaran padanya untuk membangun rumah aman dan tahan gempa.

“Banyak korban juga yang sampai patah kaki tertimpa beton. Jadi dengan adanya ini (pelatihan), kami bersyukur, kami sudah mengetahui cara-cara membangun rumah yang aman dari bencana,” kata Hairunissa dilansir dari VOA Indonesia, usai mempraktikkan teknik mengikat besi untuk tiang bangunan.

Baca juga: Korban Gempa Palu dan Bom Gereja Oikumene Samarinda Diprioritaskan Terima Beasiswa

 

Pelatihan di empat lokasi berbeda

Danni Rossa Wahyuningdita (topi hitam berkacamata) memberikan penjelasan mengenai cara mengikat sambungan besi pondasi dan tiang untuk konstruksi rumah tahan gempa kepada sejumlah ibu-ibu peserta pelatihan Pre-Event Ibu Pelopor Rekonstruksi, 7 Desember 2019.VOA/ Yoanes Litha Danni Rossa Wahyuningdita (topi hitam berkacamata) memberikan penjelasan mengenai cara mengikat sambungan besi pondasi dan tiang untuk konstruksi rumah tahan gempa kepada sejumlah ibu-ibu peserta pelatihan Pre-Event Ibu Pelopor Rekonstruksi, 7 Desember 2019.
Selain Desa Beka, pelatihan tersebut juga di gelar di empat lokasi yang berbeda yakni Desa Lolu dan Desa Soulewe di Kabupaten Sigi, Kelurahan Balaroa di Kota Palu, dan Desa Marana di Kabupaten Donggala.

Total ada 150 perempuan yang mengikuti pelatihan tersebut.

Setelah mengikuti pelatihan akan digelar acara Pencanangan Ibu Pelopor Rekontruksi yang akan dilakukan pada 19 Desember 2019 di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Danni Rossa Wahyuningdita, koordinator Pre Event Ibu Pelopor Rekonstruksi mengatakan masa rehabilitasi dan rekontruksi pasca-gempa bumi di Palu, Sigi, dan Donggala telah masuk dalam tahap pemulihan rumah permanen.

Baca juga: Setahun Gempa Palu: Kami Yakin Anak Kami Pasti Kembali...

Sehingga dibutuhkan banyak sumber daya manusia yang melakukan pengawasan agar pembangunan kembali rumah permanen sesuai dengan standar teknis.

Ia menyebut perempuan khususnya ibu rumah tangga dapat mengambil peran pengawasan sehingga mereka butuh pengetahuan tentang tekhnis pembangunan.

Mereka juga dilatih agar bisa menentukan desain rumah, membuat anggaran, memilih bahan bangunan, memonitor pekerjaan konstruksi serta mengelola tukang bangunan.

“Sekarang lebih jauh lagi, ibu-ibu bisa membantu untuk memastikan bahwa pekerjaan atau konstruksi di rumah tersebut itu benar dalam hal praktik konstruksinya, dalam hal struktur kemudian dalam hal pemilihan kualitas bangunan. Itu yang terutama” jelas Rossa.

Baca juga: Setahun Pasca-gempa, Palu Mencoba Bangkit...

 

Ibu rumah tangga lebih percaya diri

Seorang pelatih (baju biru), memandu dua orang ibu mempraktekkan cara membuat adukan semen untuk pengecoran tiang bangunan rumah, 7 Desember 2019.VOA/ Yoanes Litha Seorang pelatih (baju biru), memandu dua orang ibu mempraktekkan cara membuat adukan semen untuk pengecoran tiang bangunan rumah, 7 Desember 2019.
Arwin Soelaksono, provincial sub cluster shelter pada Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) berharap pelatihan konstruksi membuat ibu rumah tangga lebih percaya diri.

“Mereka tahu dasar-dasarnya. Mereka tahu bagaimana membangun rumah aman dan tidak ada kompromi untuk segala sesuatu yang berisiko,” ujarnya.

Ia mengatakan, pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa naluri perempuan yang selalu ingin melindungi anak-anaknya berperan penting untuk memastikan bahawa pembangunan rumah sesuai kaidah keamanan.

Arwin mengatakan ada tujuh prinsip membangun rumah yang aman.

Baca juga: Pelecehan Seksual di Huntara Korban Gempa Palu, dari Cermin di Toilet hingga Rekam Video

Tujuh prinsip itu adalah mendiskusikan perencanaan dengan ahli bangunan, penentuan lokasi yang aman, bentuk rumah persegi dan sederhana, pondasi yang kuat, penggunaan material bermutu, penggunaan dinding kuda-kuda yang ringan dan mengikat setiap sambungan dengan kuat.

Selain itu untuk desain rumah perlu ada pertimbangan antara lain jumlah anggota keluarga dan penggunaan kembali material bangunan dari rumah yang rusak untuk menekan biaya.

“Dalam namanya proses rekonstruksi kita tidak bisa memaksakan satu desain, harus menggunakan desain ini atau kita tidak bisa memaksa orang harus pakai material ini, tapi kita berikan kepada masyarakat sesuai keperluannya. Mungkin mereka punya dua anak, tiga anak tentu ukurannya berbeda,” jelasnya.

Baca juga: Tidak Terima Jatah Hidup, Puluhan Penyintas Gempa Palu Datangi Kantor Sosial

 

4.522 unit rumah direhabilitasi

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana langsung meninjau proyek penyediaan hunian tetap bagi korban gempa begitu tiba di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Selasa (29/10/2019). Biro Pers Sekretariat Presiden Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana langsung meninjau proyek penyediaan hunian tetap bagi korban gempa begitu tiba di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Selasa (29/10/2019).
Dilansir dari VOA Indonesia, ada 4.522 unit rumah rusak yang akan direhabilitasi tanpa direlokasi pasca-gempa pada 28 September 2019 lalu.

Data tersebut merujuk dari Pusat Data dan Informasi Bencana (PUSDATINA) Sulawesi Tengah per Oktober 2019.

Rehabilitasi itu akan menggunakan bantuan hibah luar negeri sebesar IDR 226,1 miliar.

Dari situs Kementerian Pendayagunaan Apartur Negar disebutkan bahwa Kementerian Keuangan pada 8 Oktober 2019 telah menandatangani bantuan hibah daerah sebesar Rp 1,9 triliun untuk Bupati Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong serta Walikota Palu.

Baca juga: Kisah Helmi, Penyintas Gempa Palu Sewakan Hanbok Korea di Hutan Kota

Bantuan hibah daerah itu akan digunakan untuk membantu perbaikan sebanyak 101.748 rumah.

Pemilik rumah yang masuk kategori rusak berat akan mendapatkan bantuan senilai Rp 50 juta dan kategori rusak sedang mendapatkan Rp 25 juta.

Sedangkan untuk rumah rusak ringan mendapatkan bantuan Rp 10 juta. Bantuan tersebut akan langsung dikirimkan ke rekening masing-masing pemilik rumah.

Baca juga: Bahagianya Anak-anak Korban Gempa Palu, Tak Lagi Belajar Beralaskan Perlak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com