Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Matinya 12 Penyu di Bengkulu, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 09/12/2019, 10:24 WIB
Firmansyah,
Khairina

Tim Redaksi

Kedua, membentuk tim independen terdiri dari pemerintah, akademisi, dan warga dan kelompok masyarakat sipil untuk mengungkap penyebab kematian biota laut di sekitar PLTU batu bara Teluk Sepang.

Perdebatan terus berlanjut bahkan mengarah pada pro dan kontra pembangunan PLTU. Belum didapatkan jawaban yang dapat dipertanggungjaabkan secara ilmiah, namun kematian biota laut terus terjadi.

Tanggapan akademisi

Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu Dwi Purnama, saat dimintai tanggapan menyebutkan, untuk biota laut, baku mutu suhu 28 derajat celcius hingga 30 derajat celcius.

"Pengukuran suhu di perairan pantai Bengkulu kisaran 27 derajat hingga 31 derajat secara alami kenaikan 1 derajat saja sudah tinggi tetapi saya tidak punya kapasitas untuk memastikan bahwa penyebab kematian penyu di Teluk Sepang akibat buangan air bahang tanpa saya melakukan penelitian lebih lanjut," ungkap dia dalam pesan singkat pada Kompas.com.

Tetapi ia katakan memang menjadi pertanyaan ketika ditemukan banyak yang mati dalam waktu berdekatan.

"Kami tidak punya data-data sebelumnya terkait kematian penyu," ujarnya.

Ia melanjutkan, semua biota, tidak hanya penyu ], mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya serta daya toleransi yang berbeda untuk suhu maksimum dan minimum.

Ketika terjadi kenaikan suhu secara drastis, yang tejadi pertama adalah gangguan secara fisiologi, apabila biota tidak bisa menyesuaikan diri maka bisa saja menyebabkan kematian.

"Tentu kenaikan suhu akan berdampak negatif bagi ekosistem perairan pantai yang merupakan daerah memijah, asuhan dan mencari makan bagi berbagai biota termasuk penyu jadi dampaknya bisa multi, dan ada ketidaksesuaian antara baku mutu air buangan bahang dengan baku mutu untuk kehidupan biota, kalo sudah begini yaa ekosistem beserta isinya yang menjadi korban," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com