"Obat untuk difteri ada dua, satu antibiotik, karena ini bakteri, maka harus masuk antibiotik agar bakterinya mati. Kedua, antidifteri serum, untuk membunuh racun yang dihasilkan oleh bakteri. Itu yang didapat dari Dinkes dan itu cukup untuk semua pasien (difteri) di sini," katanya.
Ayodhia menambahkan, difteri disebabkan oleh bakteri, bukan virus, sehingga pilihan obatnya adalah antibiotik.
Bakteri ini, menurut dia, sangat mudah menular dan menimbulkan gejala dalam waktu cepat.
Bakteri itu ada di udara. Maka orang yang bisa kebal dari difteri itu adalah yang sudah punya proteksi dengan imunisasi.
Imunisasi untuk difteri bisa diberikan saat anak berusia dua bulan dan empat bulan.
Kemudian, ada ulangan pada kelas 5 SD. Jika imunisasi selesai, risiko terinfeksi difteri semakin minim.
Penularan itu bisa lewat batuk atau bersin. Jika ada yang sakit tentu harusnya tidak bertemu dengan orang lain.
Jika bersin maka kuman akan berpindah ke orang lain lewat udara.
Bagi penderita difteri akan muncul gejala seperti flu biasa, batuk, pilek, dan demam, tetapi tidak tinggi.
"Kalau ada yang demam yang tidak tinggi kemudian disertai batuk dan bersin lalu nyeri saat menelan, sebaiknya cepat ke pusat kesehatan supaya langsung dapat pemeriksaan," ujar Ayodhia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.