Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Belajar dari Kisah Bonar, Keterbatasan Bukan Kendala

Kompas.com - 02/12/2019, 21:24 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

“Awalnya saya ditolak empat kali waktu melamar di beberapa tempat. Tapi saya sabar dulu. Kemudian saya terpikir untuk menjadi mitra pengemudi transportasi online dan bikin foto dengan tulisan di kertas. Saya minta agar bisa bekerja di Grab,” kisahnya.

Foto itu akhirnya viral. Banyak orang berkomentar pada postingan tersebut. Akhirnya, Bos Grab dari Jakarta telepon saya. Dia bilang, ‘Ayo kamu lamar, InsyaAllah kamu diterima.’ Ketika buka Whatsapp, Alhamdulillah saya diterima, senang banget,” tutur Bonar.

Hal itu, tak akan pernah ia lupa. Karenanya, ia menjalani pekerjaan sekarang dengan suka hati.
Seiring berjalannya waktu, teman tuli lainnya pun mengikuti jejak Bonar. Mereka mendapatkan kesempatan yang sama menjadi mitra GrabBike.

Bonar bilang, saat ini ada lebih dari 20 teman tuli yang sudah menjadi mitra GrabBike di Bandung. Tidak jarang mereka berkumpul dan saling mentraktir.

“Kadang-kadang sering ketemu. Kadang sudah tahu bahwa kami sama-sama teman tuli, kemudian ngobrol dengan bahasa isyarat tentunya,” ujarnya.

Bonar merasa senang karena semakin banyak teman tuli yang mendapatkan kesempatan kerja di Grab.

Di sisi lain, sebagai teman tuli, dia merasa tidak kesulitan berkomunikasi dengan customer. Dia sudah terbiasa menggunakan fitur berkirim pesan untuk memberitahukan bahwa dirinya tuli sejak awal.

“Biasanya customer ramah ke saya ketika tahu saya tuli,” sambungnya.

Ia juga bilang, keterbatasan yang ia miliki tak begitu berarti ketika kerja di Grab. Ketika sudah sampai di tempat menjemput, dia hanya perlu chat customer, terus konfirmasi.

“Setelah itu saya kasih helm dan jalan seperti biasa. Kalau mau jalan pintas, mereka bisa tepuk pundak saya, misalnya kalau mau ke kanan tepuk pundak kanan dan sebaliknya,” ujarnya.

Bonar mengaku selalu menghormati penumpang dan mengutamakan keselamatan selama berkendara.

Karena itu, dia tidak pernah mengalami insiden kecelakaan karena rasa tanggung jawab yang tinggi atas keselamatan penumpang.

Ia berharap, orang lebih banyak lagi yang mempelajari mengenai gaya komunikasi teman tuli.

“Sehingga tahu tuli itu seperti apa. Jadi semuanya saling mengetahui dan bekerja sama. Saya juga ingin bilang kepada orang-orang, kita harus tahu bahwa tuli dan dengar itu sama-sama berjuang, bekerja.”

Dia menambahkan, merasa bersyukur karena sekarang Grab sudah bekerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin).

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com