Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Perkenalkan, Si “Ratu Aspal” dari Surabaya

Kompas.com - 21/11/2019, 17:44 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

“Jadi (kerjanya, habis) ngeGrab - pulang - ngeGrab - pulang. Sampai akhirnya saya bertemu dengan orang-orang yang mengajak bergabung dengan komunitas ojek online di Surabaya. Di sana banyak sharing dari teman-teman sesama driver,” ujarnya.

Dewi juga kerap menceritakan kendala yang dihadapi di jalan kepada teman-temannya di komunitas tersebut.

Ternyata, kendalanya selama ini ada pada ponselnya. Kapasitas RAM yang terbatas, membuat aplikasinya jadi tak stabil. Teman-teman di komunitas menyarankan untuk ganti ponsel.
“Saya kemudian beli handphone baru RAM 3,” imbuhnya.

Ganti hanphone, Dewi pun memasang target baru. Ia mulai aktif mencari order dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 21.00 malam tanpa pulang-pulang lagi. Tak terasa, sata ini satu tahun sudah ia menjadi ratu aspal.

Ada tantangannya

Menurut Dewi, meski pekerjaannya terkesan sepele, wara-wiri di jalan raya, tetapi ia berprinsip untuk menjaga lisan dan menjaga diri.

“Saya menanamkan ke diri sendiri, walaupun pekerjaan ini fleksibel, tetapi tidak boleh mencari uang sesuka hati saja. Harus tetap kerja keras,” tuturnya.

Oleh sebab itu, Dewi memiliki target yang harus dicapai oleh dirinya sendiri. Contohnya, jika ia berangkat kerja pukul 06.00 pagi maka hari itu harus bisa mendapatkan uang minimal Rp 200.000.

“Kalau bisa lebih kenapa tidak diusahakan,” imbuhnya.

Meski demikian, kerja keras Dewi tidak serta merta menghilangkan kewajibannya sebagai seorang ibu. Dewi tetap membagi waktu bersama anaknya. Dewi juga selalu mengusahakan kondisi pekerjaannya tidak mempengaruhi kondisi rumahnya.

“Kadang kan di jalan mempengaruhi mood karena satu dan lain hal. Tetapi kalau sudah pulang ke rumah, harus hilang semua bad mood itu. Orangtua melihat kita tersenyum kadang sudah lega,” ujarnya.

Berjalannya wkatu, Dewi juga sempat mendapat tawaran pekerjaan lain. Ia pernah mendapat panggilan kerja menjadi cleaning service.

“Saya pikir lumayan untuk disambi (kerja sambilan). (Akhirnya) saya terima,” kata dia.

Sayangnya, hal itu tak berlangsung lama. Harapan ingin mendapatkan pendapatan lebih, tapi ternyata Dewi justru mendapat tekanan. Ia membandingkan keadaannya dengan di grup komunitas pengendara GrabBike yang lebih banyak canda tawa.

“Akhirnya hanya satu bulan saja saya menjalani pekerjaan itu. Saya kembali lagi untuk full menjadi pengemudi GrabBike. Ternyata saya lebih happy menjadi driver,” terangnya.

Soal keamanan, Dewi mengaku tidak khawatir. Selain pelatihan berkendara aman dan bela diri dasar, Grab juga punya teknologi keamanan yang luar biasa.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com