Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Air Asin, Warga Pulau Ende: Kami Sangat Rindu Minum Air Tawar

Kompas.com - 19/11/2019, 12:13 WIB
Rachmawati

Editor

Atau mereka terpaksa membeli air kemasan di Kota Ende untuk dikonsumi.

Baca juga: Derita Habiba, Jalan Kaki 1 Kilometer untuk Dapatkan Air Bersih

 

"Kami sangat rindu minum air tawar"

Hasan Runu, salah satu warga di Pulau Ende mengatakan berdasarkan informasi dari petugas di lapangan, alat penyulingan air laut menjadi air tawar tidak bisa berfungsi karena kekurangan pasokan listrik,

Akibat permasalah tersebut, alat tersebut tidak bisa menyedot air laut.

Hasang berharap alat tersebut kembali bisa beroperasi.

"Kami sangat rindu minum air tawar. Tetapi, sekarang kami hanya menatap meteran dan keran. Tidak ada sama sekali. Mau bilang apa, kami sebagai warga, pasrah saja dengan keadaan," tutur Hasan.

Baca juga: Kekeringan, Warga Berjuang Mengais Air dari Lubang Tanah

Sementara itu Usman Husen Camat Pulau Ende mengatakan untuk mendapatkan air bersih, sebagian warga juga menggunakan bak air dengan sistem Penampung Air Hujan (PAH).

Sistem tersebut bisa memenuhi kebutuhan air tawar bagi warga saat musim hujan

"Saya berharap pihak PDAM Ende bisa menuntaskan persolan air minum di pulau Ende. Warga sudah lama rindu konsumsi air minum bersih," ungkap Camat Usman.

Baca juga: Hujan dan Air Laut Pasang, Sekolah hingga Rumah Terendam Banjir di Belitung Timur

 

Rp 10 miliar untuk fungsionalisasi alat

Gedung yang menyimpan alat penyulingan air laut menjadi air tawar yang mubazir di Pulau Ende, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Flores, NTT, Minggu (17/11/2019).KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS Gedung yang menyimpan alat penyulingan air laut menjadi air tawar yang mubazir di Pulau Ende, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Flores, NTT, Minggu (17/11/2019).
Pihak perusahaan daerah air minum (PDAM) Tirta Kelimutu Ende mengatakan ada beberapa kerusakan di alat penyulingan air laut menjadi air tawar.

Menurutnya bagian yang mengalami kerusakan adalah membran dan unit bangunan penyadap, serta kerusakan pada unit catu daya listrik.

"Kami dan tim dari pusat sudah meninjau dan melakukan identifikasi penyebab masalah alat penyulingan itu. Pemerintah pusat sudah ambil langkah," jelas Donata Metty A. Ladapase kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (19/11/2019).

Baca juga: Kekeringan Belum Selesai, Anggaran Distribusi Air di Gunungkidul Sudah Habis

Ia mengatakan untuk memfungsikan kembali alat tersebut dibutuhkan anggaran sekitar Rp 10 miliar.

Anggaran tersebut sudah diajukan ke pemerintah pusat dan rencananya fungsionalisasi alat tersebut akan dilakukan pada tahun 2020 oleh balai prasarana pemukiman wilayah NTT melalui Satker Pelaksana PPA NTT.

"Pemerintah tidak membiarkan begitu saja. Tetapi, tetap berusaha agar penyulingan air itu bisa bermanfaat bagi warga," sambung Donata.

Baca juga: Legenda Tokoh Penyebar Islam Ki Ageng Tirto, Ciptakan Desa yang Tak Pernah Kekeringan

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nansianus Taris | Editor: Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com