Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Kapolsek Bersimpuh di Hadapan Massa yang Bawa Golok

Kompas.com - 11/11/2019, 17:01 WIB
Suddin Syamsuddin,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Emosi warga akhirnya mereda melihat seorang Kapolsek bersimpuh dan memohon agar tidak melakukan aksi anarkistis.

Akbar merapatkan kedua telapak tangannya hingga sejajar dengan wajah dan memohon agar massa tidak melukai pekerja tambang yang sudah jatuh terkapar.

Akbar merupakan sosok yang cukup disegani oleh warga Pinrang. Ia lebih dikenal sebagai polisi yang ramah.

"Iptu Akbar di kalangan polisi dan warga dikenal sebagai polisi yang berkepribadian baik dan suka menolong," kata Wakapolres Pinrang Kompol Nugraha Pamungkas.

Menurut Nugraha, Iptu Akbar akan diberikan penghargaan karena aksi heroiknya membantu menyelamatkan warga yang nyawanya terancam.

Penjelasan dan klarifikasi warga Salipolo-Bababinanga

Aliansi Peduli Rakyat Salipolo- Bababinanga dan DAS Saddang Pinrang memberikan klarifikasi dan penjelasan mengenai peristiwa itu.

Menurut Aliansi, berdasarkan fakta lapangan bahwa masyarakat yang melakukan aksi tolak tambang, sebenarnya hanya melakukan pembelaan diri terhadap serangan senjata tajam oleh oknum yang diduga sebagai preman suruhan dari pemilik tambang.

Sebelum demo tersebut, salah seorang warga bernama Hasbullah (55 tahun) mengalami luka tebasan di tangan dan di bagian paha, yang diduga dilakukan oleh preman suruhan.

Tebasan senjata tajam yang diduga dilakukan preman itu menyulut kemarahan warga, sehingga membalas memukul preman tersebut dengan kayu yang mereka bawa.

Preman tersebut mencoba melarikan diri sehingga terjatuh dan dikerumuni oleh warga.

Menurut Aliansi, bukan hanya Iptu Akbar, warga yang berada di lokasi pun juga melerai warga yang lainnya agar tidak melukai oknum preman tersebut.

Adapun, awalnya warga Desa Salipolo mendatangi lokasi tambang untuk menghentikan aktivitas pertambangan.

Sebab, hingga saat ini wilayah pertambangan masih menjadi polemik dan masih dalam proses peninjauan kembali.

Warga sebenarnya hanya meminta aktivitas pertambangan dihentikan.

Namun, saat tiba di lokasi, warga justru dihadang oleh oknum preman dan diserang dengan senjata tajam.

Berdasarkan fakta lapangan, warga menolak pertambangan bukan hanya karena pertambangan PT Alam Sumber Rezeki (ASR) yang dianggap ilegal.

Menurut warga, pertambangan di daerah aliran sungai (DAS) Saddang dapat merusak lingkungan dan menyebabkan ruang hidup masyarakat terancam.

Hal ini juga dilatarbelakangi warga desa Salipolo, Kecamatan Cempa dan warga Desa Bababinanga, Kecamatan Duampanua, yang telah mengalami trauma akibat banjir besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com