Suhendri mengatakan, pengalamannya sebagai petani saat itu pernah diusir pemilik lahan. Diminta tak lagi menggarap lahan karena kesuksesannya membangun pertanian.
“Saya sempat diusir karena hasil tanaman saya banyak. Ibu menjual hasil pertanian di pasar, saya dikeluh orang sekitar minta pemilik lahan usir. Zaman dulu banyak yang masih kebun berpindah-pindah, saya sendiri yang bertani tetap,” ujar Suhendri.
Baca juga: Kisah Suhendri, Kakek 78 Tahun Menolak Rp 10 Miliar Demi Jaga Hutan
Akhirnya ia memilih membeli lahan sendiri. Itu pun membayar dengan menyicil hingga lunas. Setelah lunas ia kembali mencicil lahan seluas satu hektar terpisah, tapi lokasi berdekatan.
Kini ia memiliki dua lahan. Dua-duanya dijadikan hutan.
Penelitian mahasiswa
Kini hutan tengah kota ini jadi tempat penelitian mahasiswa. Banyak dikunjungi orang, bahkan hutan tengah kota ini pernah menjadi lokasi penelitian skripsi mahasiswa asal Jepang. Suhendri juga sering mendapat penghargaan dari berbagai pihak karena hutannya.
Kini Suhendri bersama Junarsa bermukim di tepi hutan miliknya. Menjaga hutan yang telah ia pagari keliling menggunakan kayu.
“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” harap Suhendri.
"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," ujar Suhendri menambahkan.
(Penulis Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton | Editor David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.