Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bosan Lihat Kemacetan, Buruh Bengkel Ini Merakit Helikopter Sendiri

Kompas.com - 04/11/2019, 07:49 WIB
Budiyanto ,
Khairina

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Jujun Junaedi (42), seorang buruh bengkel di Sukabumi, Jawa Barat, sudah satu tahun ini sibuk merakit helikopter di halaman rumahnya, di Kampung Cibubuay, Desa Damareja, Kecamatan Nagrak.

Rencananya, akhir 2019 atau awal 2020 ini helikopter yang diberi nama Gardes JN 77 GM itu akan menjalani uji terbang.

Saat ini hanya tinggal penyelesaian baling-baling utama yang masih dalam pengerjaan.

Baca juga: Amankan Pelantikan Presiden, TNI Kerahkan Helikopter hingga Drone

Untuk mesin, helikopter hasil kerja kreatif lulusan STM (SMK) Siliwangi 1996 ini menggunakan mesin penggerak generator set (genset) berkapasitas besar 24 PK, 700 cc, dan dua silinder berbahan bakar premium.

"Insya Allah saya inginnya pada akhir tahun atau awal tahun 2020 bisa melakukan uji terbang," ungkap Jujun saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Minggu (3/11/2019).

Dia menuturkan, pembuatan helikopter ini berlangsung sejak Agustus 2018 yang hanya mengandalkan hari libur setiap Minggu.

Semua proses sejak awal hingga berbentuk sebuah helikopter dikerjakan seorang diri dengan dibantu anak laki-laki pertama dan kerabat.

Pembuatan helikopter dengan rangka berbahan besi hingga saat ini sudah menghabiskan dana mencapai Rp 30 juta.

Meskipun harus mengeluarkan uang yang besar, ini tidak mengganggu anggaran untuk rumah tangga.

"Makanya, proses pembuatan helikopter ini lama karena untuk membeli barang yang dibutuhkan harus menunggu waktu, perlu menyisihkan. Karena kan saya tidak mau mengganggu uang dapur," tutur pria yang saat duduk di bangku SMK itu pernah mendapatkan beasiswa.

Membuat transportasi udara

Adapun ide membuat helikopter ini muncul, dia mengaku, berawal dari seringnya melihat kemacetan arus lalu lintas di depan bengkel tempatnya bekerja di Jalan Sukabumi-Bogor, tepatnya Karangtengah, Kecamatan Cibadak.

Dalam benak anak seorang petani ini, dia ingin memberikan solusi sarana transportasi bagi masyarakat.

Dia pun melihat transportasi udara masih kosong dan melihat ada peluang besar. Makanya, tercetuslah ide membuat helikopter dengan biaya murah.

Dia pun sibuk mencari tahu cara-cara pembuatan helikopter.

Baca juga: Satu Helikopter Ditembaki KKB di Puncak, Papua

Jujun membuat riset kecil dengan berbekal pengetahuan minim yang dimilikinya saat duduk di bangku STM dan pengalaman kerja di bengkel alat berat serta berkonsultasi dengan sejawatnya yang mayoritas mekanik alat berat.

Selain itu, dia pun mencari tahu dengan riset dari konten-konten video pada YouTube yang menayangkan cara-cara pembuatan helikopter.

Namun, konten YouTube yang pernah dilihat dan dipelajarinya tidak maksimal.

"Kalau video dalam YouTube itu tidak ada penuntasan sampai ukuran yang diberikan. Makanya, saya harus mengolah sendiri," tutur ayah dari tiga anak itu.

Ingin berkonsultasi ahli pesawat

Dalam pembuatan helikopter berukuran panjang 8 meter dari kepala hingga ekor ini, dia pun belum pernah berkonsultasi langsung dengan para ahli kedirgantaraan dan ahli pembuatan pesawat terbang. Sebab, Jujun tidak mengetahui prosedurnya.

Bahkan, Jujun pun belum pernah melihat dari dekat helikopter buatan pabrikan karena dia tidak punya akses untuk melihat helikopter dari dekat. Padahal, dia ingin sekali melihat dan mempelajari kondisi bagian dalam helikopter.

Sebenarnya dia berharap ada ahli pesawat terbang yang bisa memberikan masukan untuk penyempurnaan pembuatan helikopter meskipun prosesnya nyaris selesai.

"Saya terbuka bila ada ahli teknik penerbangan yang mau membantu penyempurnaan pembuatan helikopter ini karena saya belum pernah menumpang helikopter," ujar dia yang sudah beberapa kali terbang menumpang pesawat terbang komersial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com