Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Mak Iyah Sering Digigit Serangga dan Pernah Dipatuk Ular

Kompas.com - 04/11/2019, 06:56 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Khairina

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Tinggal seorang diri di gubuk reyot di tengah kebun sayur membuat Mak Iyah (100) kerap diliputi kesepian dan ketakutan.

Betapa tidak, nenek renta asal Kampung Pasir Baing, RT 005/003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat itu pernah dipatuk ular dan sering kena gigitan serangga.

Selain itu, setiap malam menjelang Mak Iyah selalu was-was jika tiba-tiba atap bangunan rumahnya ambruk.

UPDATE : Kompas.com menggalang dana untuk membantu para lansia. Sumbangkan rezeki Anda sebagai bakti terhadap orang tua yang dilupakan. Klik di sini untuk donasi.

Rumahnya memang jauh dari kesan layak huni. Berukuran 3x5 meter, kondisi bamgunannya sudah doyong ke belakang. Tiga bilah bambu dijadikan penopang dinding agar tidak ambruk.

Baca juga: Kisah Pilu Mak Iyah, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Kayu-kayu penyangga atap sudah lapuk dimakan rayap, dan dinding-dinding bilik bambu sudah berlubang, bahkan dinding kamarnya sudah jebol. 

“Karena banyak lubang di rumahnya, jadinya banyak binatang yang masuk. Mak Iyah malah pernah digigit ular, ularnya warna hitam,” tutur Erah (65), tetangga setempat kepada Kompas.com, Sabtu (02/11/2019) 

Diceritakan Erah, saat itu Mak Iyah tengah menghangatkan badan di tungku perapian. Tiba-tiba hewan melata itu masuk lewat lubang dinding dapur.

“Waktu kejadiannya lupa lagi, sudah lama soalnya. Saya sendiri yang bawa ke dokternya untuk diobati. Alhamdulilah bisa sembuh, tapi jari-jarinya jadi merengkel (bengkok),” ucapnya.

Sementara, Mak Iyah sendiri awalnya tidak sadar jika dirinya habis digigit ular. Karena selama ini mengaku sering digigit binatang seperti serangga, sehingga sulit membedakan.

"Di sini digigitnya (menunjukkan jari tangan sebelah kanan), waktu di dapur," sahutnya.

Usai terkena gigitan ular tersebut, jari tangannya membengkak dan tiba-tiba meriang, mak Iyah pun lantas menceritakan kejadian tersebut ke tetangga, hingga akhirnya dibawa ke klinik untuk diobati.

Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan lanjut usia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hidup memprihatinkan di gubuk reyot di Kampung Pasir Baing, RT 005/003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.

Rukiyah atau biasa dipanggil Mak Iyah tinggal seorang diri di rumah tak layak huni di tengah hamparan kebun sayuran. Ia mengaku sudah berusia 100 tahun.

Sehari-hari ia menghabiskan waktu dengan berdiam diri di gubuknya. Sesekali turun ke perkampungan untuk berinteraksi dengan warga.

Meski masih sanggup berjalan, namun ia sudah tidak mampu bekerja. Tubuhnya sudah ringkih, pandangannya mulai kabur dan mengalami gangguan pendengaran.

Mak Iyah mengatakan, semenjak suaminya meninggal dunia sekitar tiga puluh tahun lalu, ia hidup sebatang kara karena tidak memiliki anak.

Untuk bertahan hidup, ia mengharapkan belas kasihan tetangga dan warga sekitar.

Baca juga: Kisah Dua Nenek Renta di Gunungkidul yang Hidup dengan Keterbatasan

Warga setempat, Aripin (50) berharap, pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa mau mengulurkan bantuan atas kondisi kehidupan Mak Iyah.

Sepengetahuannya, belum ada bantuan dari program pemerintah, seperti PKH dan rastra. Untuk makan sehari-hari dibantu tetangga dan warga sekitar.

Ia berharap pemerintah mau peduli kepada warga seperti Mak Iyah yang sangat membutuhkan perbaikan rumah agar bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman.

UPDATE : Kompas.com menggalang dana untuk membantu para lansia. Sumbangkan rezeki Anda sebagai bakti terhadap orang tua yang dilupakan. Klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com