BANYUMAS, KOMPAS.com - Suasana asri langsung terasa ketika memasuki pelataran SMP Negeri 2 Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang tak begitu luas.
Pepohonan dari ukuran kecil hingga besar menjadi penyejuk dari hawa panas yang beberapa hari terakhir terasa begitu terasa.
Berbagai macam hiasan dan tulisan berisi kata-kata mutiara pun menghiasi setiap sudut sekolah.
Sementara di bagian dalam, ratusan siswa tampak sibuk membuat wayang cumplung, yaitu wayang yang terbuat dari batok kelapa. Siang itu, mereka berkerumun di setiap teras kelas untuk menyelesaikan tugasnya.
Baca juga: 27 Kontainer Limbah Plastik di Batam Kembali Reekspor ke Negara Asal
Total lebih dari 700 wayang cumplung dihasilkan dari tangan para siswa. Selanjutnya wayang-wayang tersebut dipentaskan oleh siswa bertepatan dengan HUT ke-52 sekolah yang berada di kaki Gunung Slamet itu.
Nabila (14), siswa kelas VIII mengatakan, wayang cumplung terbuat dari barang-barang bekas.
Antara lain batok kelapa untuk bagian kepala dan botol air mineral untuk bagian tubuh wayang.
Tak hanya itu, kain perca juga dimanfaatkan untuk membuat baju wayang agar tampak apik. Limbah tersebut dirangkai dan dibentuk sedemikian rupa seperti wayang golek.
"Sebelumnya belum pernah bikin, baru kali ini. Setiap anak buat satu wayang," tutur Nabila, baru-baru ini.
Hal senada disampaikan siswi lainnya, Lina (14). Lina mengaku cukup kesulitan ketika diminta untuk membuat wayang cumplung.
"Susahnya bikin bagian wajahnya. Saya buat ini sekitar dua hari," ujar Lina.
Kepala SMP Negeri 2 Baturraden Tri Agus Hariyatno mengatakan, pembuatan kerajinan tangan dari limbah tersebut bertujuan agar para siswa dapat ikut andil mengurangi produksi sampah, terutama plastik.
"Sesuai dengan jumlah siswa, total ada sekitar 731 wayang cumplung yang dibuat. Pembuatan wayang cumplung ini paling tidak dapat mengurangi limbah botol plastik, botol plastik ini dikumpulkan siswa dari sekitar sekolah," kata Tri.
Tri mengatakan wayang cumplung hasil kreasi para siswa nantinya akan dijadikan salah satu suvenir bagi tamu sekolah. Selama ini tamu di sekolah adiwiyata tingkat nasional ini diberi suvenir berupa benih pohon.
Sementara itu, guru mata pelajaran seni budaya Joni Teguh Supriyana mengatakan, para siswa telah terbiasa membuat berbagai macam produk dari bahan limbah.
Sebut saja seperti lampion dari botol, kemudian bunga dari limbah plastik dan berbagai macam hiasan dari ban bekas. Hasil karya tersebut menjadi pajangan di setiap sudut sekolah, tak terkecuali di pelataran sekolah.
"Tujuannya satu, yaitu untuk penyelamatan lingkungan. Kami berusaha memanfaatkan barang-barang bekas, terutama plastik untuk bahan pembuatan kerajinan tangan," ujar Jonte sapaan karibnya.
Baca juga: Doa dari Desa Para Dalang: Anak-anak yang Selalu Main HP Jadi Cinta Wayang...
Lebih dari itu, keterampilan mengolah limbah juga diharapkan dapat menjadi bekal tambahan para siswa ketika lulus. Barang bekas apabila diolah dengan baik akan menghasilkan nilai ekonomis yang cukup menggiurkan.
"Kami harap siswa-siswi ini mampu mengolah bahan-bahan bekas menjadi barang yang bermanfaat. Kami membiasakan agar anak-anak mengolah sampah dengan benar," kata Jonte.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.