KOMPAS.com - Siti (91) dan Simah (82) adalah kakak beradik yang mengalami kebutaan dan tinggal besama-sama di Dusun Karangploso, Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik, Jawa Timur.
Untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari, terkadang mereka mengandalkan bantuan tetangga sekitar.
Baca juga: Kisah Dua Nenek Buta Kakak-Beradik yang Sakit-sakitan dan Setia Tinggal Bersama
Berikut fakta dari dua nenek buta kakak-beradik yang tinggal di Gresik:
Dua nenek tersebut hidup berdua tanpa ditemani oleh anggota keluarga yang lain. Mereka berdua tidak memiliki suami dan anak.
Simah mengaku belum pernah menikah sama sekali hngga saat ini. Sementara Siti pernah menikah tetapi sudah bercerai dan tidak dikaruniai anak.
Dari lima bersaudara, hanya Simah dan Siti yang masih hidup. Saridi, saudara tertua mereka, memiliki dua anak, yakni Tami dan Atim.
Tami dan Atim sesekali membantu menyediakan makanan untuk Simah dan Siti.
Baca juga: Jual Miras ke Anak di Bawah Umur, Kakek-Nenek Ditangkap
"Masak sendiri untuk makan, sampai pernah kaki ini terkena (bara) api karena tidak bisa melihat. Sebab Siti sudah tidak bisa apa-apa, sering sakit-sakitan, jalan saja sudah pakai tongkat. Kadang juga dikasih orang," kata Simah.
Untuk menopang kehidupan, kedua kakak-beradik ini pun banyak mengandalkan pemberian orang.
Baca juga: Lurah Way Halim: Nenek Nurhasanah Tidak Terlibat Terorisme
Sudah banyak perabot dan barang milik pribadi yang dijual mereka untuk memenuhi kebutuhan makan mereka.
"Kadang juga kami yang kasih makan, kadang juga keponakannya (Tami). Tapi kebanyakan Mbah Simah itu masak sendiri, seadanya, beberapa waktu lalu sampai kakinya terluka kena api," ucap salah seorang tetangga, Karni (50).
Hal senada diceritakan Rika (23). Tetangga dua nenek tersebut mengatakan warga sekitar sering mengirimi makanan untuk mereka.
"Memang yang sering sakit-sakitan itu Mbah Siti. Kalau Mbah Simah yang sakit ya susah enggak ada yang masak. Maka, kami kebanyakan kirimi makanan saat Mbah Simah sakit," kata Rika.
Baca juga: Susahnya Hidup Nenek Paulina: Tinggal Sendiri di Gubuk Reyot, Jual Kelapa untuk Beli Beras
Simah dan Siti tinggal di rumah warisan orangtua berukuran 10 x 12 meter.
Sekitar 1990-an, mereka menjual sebidang tanah warisan yang ada di sebelah rumah mereka.
"Tapi sudah lama kami jual. Dulu saat dibeli katanya mau dibuat mushala. Maka, saya mau jual, tapi sampai sekarang kok tidak dibangun-bangun mushalanya," ucap Simah.
Simah mengaku lupa berapa uang yang ia terima saat itu. Namun, ia bercerita uang penjualan tanah tersebut digunakan untuk membangun kamar mandi dan toilet. Sisanya sebesar Rp 250.000 ia simpan.
"Ya itu nak, ngomongnya kan mau dibuat mushalla jadi ya saya setuju saja menjualnya, tapi kok belum dibangun-bangun sampai sekarang," kata Simah.
Baca juga: Densus 88 Temukan Bahan Pembuat Bom di Rumah Nenek Terduga Teroris
Rumah berdinding papan dengan tatanan kuno itu sebenarnya terlihat tidak layak untuk ditempati.
"Kadang kalau hujan juga masih kebanjiran. Meski sekarang lantai sudah diplester (dicor), kalau hujan deras ya tetap ngembes (kebanjiran tapi enggak parah seperti sebelumnya)," ujar Rika.
Siti dan Simah hidup berdua tanpa ditemani oleh anggota keluarga yang lain.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka mengandalkan bantuan dari warga sekitar. Terkadang, Simah juga memasak untuk dirinya dan Siti.
"Kalau yang masih hidup ya tinggal saya dan Siti ini, sama-sama sudah tidak dapat melihat lagi. Ini juga rumah tinggalan orangtua," kata dia.
Baca juga: Dikira Kain Mengapung, Ternyata Seorang Nenek Tewas di Bak Mandi
SUMBER: KOMPAS.com (Kontributor Gresik, Hamzah Arfah | Editor : Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.