Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendulang Harta Karun Sriwijaya di Desa Pelimbangan, Antara Nasib Nelayan dan Sejarah (2)

Kompas.com - 12/10/2019, 08:00 WIB
Aji YK Putra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

OGAN KOMERING ILIR, KOMPAS.com - Sudah empat tahun lamanya Juarsah (35) memiliki dua profesi di Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Selain menjadi nelayan ikan air tawar, Juarsah juga ikut berburu serpihan emas dan manik-manik yang ada di kanal PT Samora Usaha Jaya tak jauh dari kediamannya.

Jika sedang memasuki musim hujan, Juarsah bersama istri dan anaknya akan mencari ikan di sepanjang sungai.

Ikan jenis gabus, sepat akan ia dapatkan. Sebagian dijual dan sisanya lagi dikeringkan sebagai cadangan lauk untuk kebutuhan keluarganya.

Namun, pada musim kemarau, pria berkulit hitam dan berbadan tegap itu akan menjadi pemburu harta karun di PT Samora.

"Kalau musim hujan, kanalnya terendam air jadi susah kalau mau menggali. Kami cari ikan saja. Tapi kalau kemarau, baru kesana lagi," kata Juarsah.

Baca juga: Mendulang Emas Harta Karun Kerajaan Sriwijaya di Desa Pelimbangan (1)

Musim kemarau membuat air di kanal menjadi surut. Tumpukan lumpur diatas permukaan pun menjadi mengering.

Momen itu dimanfaatkan Jursah bersama para pemburu lain langsung bergegas membawa cangkul dan sekop.

Mereka lalu menggali dan mengambil tumpukan lumpur di atas kanal untuk dilimbang (kayak). 

Menuju lokasi perburuan pun bukanlah perkara mudah. Juarsah harus menggunakan sampan kecil hingga sampai ke kanal.

Baca juga: BERITA FOTO: Saat Ratusan Warga Berlomba Berburu Harta Karun Kerajaan Sriwijaya...

 

Perjuangan belum usai, para warga membuat semacam jembatan darurat dengan menggunakan kayu gelam.

Kayu itu dipasang memanjang dan dipaku ala kadarnya agar bisa dilewati. Warga yang melintas seperti telah biasa meskipun bergoyang.

Langkah kaki merekapun dengan santai melewati kayu gelam yang dipalangkan sebagai jembatan.

"Kadang sampai malam disini untuk mencari. Sehari dapatlah. Kalau tidak dapat emas, pasti manik-manik," ujar Juarsah.

Baca juga: Antisipasi Pemburu Harta Karun Sriwijaya Terserang Penyakit, Posko Kesehatan Didirikan

Berburu harta karun sejak 2015

Seorang anak kecil membantu orangtuanya untuk mencari harta karun di kanal PT Samora Jaya Usaha, Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.KOMPAS.com/AJI YK PUTRA Seorang anak kecil membantu orangtuanya untuk mencari harta karun di kanal PT Samora Jaya Usaha, Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Sejak 2015 menjadi pemburu harta karun, insting Juarsah seakan telah terasah. Ia mengetahui yang mana tumpukan tanah tertimbun harta atau bukan.

Satu persatu tanah yang sudah bercampur lumpur itupun tak lepas dari genggaman Juarsah. Ia memilah sampai tumpukan tanah menjadi sedikit.

Meskipun emas yang kadang ditemukan berbentuk kecil karena hanya serpihan Jursah mengumpulkan itu di dalam botol plastik yang diikat ke leher.

"Paling besar itu dapat cincin. Tapi jarang, paling banyak serpihan begini. Atau manik-manik,"ujarnya.

Emas hasil temuan Juarsah dijual dengan harga Rp 400.000-Rp 500.000 per gram tergantung motif dan bentuknya.

Baca juga: Cerita Pedagang Emas, Tampung Harta Karun Diduga Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

 

Semua yang ia temukan tadi lebih dulu dikumpulkan lalu dijual dalam satu pekan sekali.

"Biasanya seminggu cukuplah. Dapat sekitar Rp2 juta sampai 3 juta. Tapi selama kemarau saja, kalau musim hujan cari ikan,"ujarnya.

Juarsah tak mengerti dari mana sumber emas maupun manik-manik yang ia temukan. Namun, memang banyak warga yang menurutnya menyebutkan kalau itu adalah peninggalan nenek moyang.

"Ya ada yang bilang Sriwijaya, ada yang bilang nenek moyang. Saya juga kurang paham. Kalau menggali itu, jika ditemukan pecahan guci pasti ada emas di sekitarnya. Biasanya begitu," ujarnya.

Jika nantinya pencarian itu dilarang, Juarsah akan menerima ikhlas. Namun ia bingung akan mencukupi kebutuhan keluarganya sebagai nelayan.

"Ikan kadang tidak laku dijual jadi lauk. Kalau dilarang, ya terpaksa berhenti dan jadi nelayan saja. Ini juga kan sebetulnya hanya bulan kemarau saja,"ujarnya.

Baca juga: Tergiur Emas, Nelayan Alih Profesi Jadi Pemburu Harta Karun Diduga Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Diduga pelabuhan perdagangan

Ratusan warga mencari emas yang diduga peninggalan masa kerajaan Sriwijaya di kanal PT Samora Jaya Usaha di Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA Ratusan warga mencari emas yang diduga peninggalan masa kerajaan Sriwijaya di kanal PT Samora Jaya Usaha di Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Balai Arkeologi Sumatera Selatan menyebutkan, tiga Kecamatan di Kabupaten OKI, yakni Karang Agung, Selapan dan Cengal diduga kawasan permukiman serta pelabuhan pada masa kerajaan Sriwijaya.  

Sehingga, tiga lokasi itu banyak ditemukan perhiasan seperti emas, manik-manik maupun logam mulia. 

"Kita menemukan kemudi kapal dengan ketebalan 5 sentimeter di situ. Sehingga dugaan itu adalah pelabuhan perdagangan masa Sriwijaya sangat memungkinkan," ujar Budi.

Selain kemudi kapal, banyak tiang rumah ditemukan di pinggir sungai lokasi perburuan.

Setelah dilakukan penelitian lebih mendalam, tiang itu telah ada pada abad ke 2 yakni pada zaman pra-Sriwijaya.

Baca juga: Polisi Pasang Spanduk Peringatan di Lokasi Perburuan Harta Karun yang Diduga dari Kerajaan Sriwijaya

"Lalu pada penelitian Agusutus 2019 di Desa Sungai Jeruju, Kecamatan Cengal yang tidak jauh dari lokasi perburuan harta karun, ditemukan papan, perahu, kemudi, gerabah, dan keramik yang merupakan kebudayaan Dinasti Tang pada abad ke-8," kata Budi. 

"Dinasti Tang salah satu kebudayaan luar yang ikut berinteraksi dengan Sriwijaya pada masa tersebut. Perahu yang ditemukan pun bergaya Asia Tenggara yang budaya pembuatannya banyak terjadi pada abad 1-13."

"Harta karun itu memang kemungkinan berasal dari masa Sriwijaya dengan penemuan lain di sekitarnya yang sudah kita teliti. Tapi harus dipastikan lagi.”

Baca juga: Kisah Perburuan Harta Karun Kerajaan Sriwijaya, Warga Dapat Emas di Gambut Berusia 3000 Tahun

 

Alur sejarah yang hilang

Emas hasil penemuan warga yang dijual ke pengepul di Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA Emas hasil penemuan warga yang dijual ke pengepul di Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Maraknya perburuan harta karun bisa menyulitkan Arkeolog untuk mencari alur sejarah Kerajaan Sriwijaya dilokasi tersebut.

Karena seluruh barang yang ditemukan warga banyak dijual tanpa lebih dulu melapor kepada dinas kebudayaan setempat.

Pada tahun depan, Budi bersama tim akan melakukan ekskavasi di desa Pelimbangan. Penelitian itu dilanjutkan untuk mencari alur sejarah kerajaan Sriwijaya.

“Warga mencari hanya emas, manik-manik, yang bisa dijual saja. Tapi jika menemukan keramik, gerabah, apalagi yang sudah pecah tidak utuh pasti dibuang," jelasnya.

"Padahal itu yang penting buat kita, bisa dicari tahu umurnya. Kalau temuan emas, logam itu tidak bisa diketahui umurnya. Kita juga sosialisasi kalau masyarakat menemukan keramik, guci, gerabah supaya dikumpulkan.”

Baca juga: Polisi Sebut Harta Karun Kerajaan Sriwijaya Hoaks, Warga: Kami Banyak Dapat Emas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com