Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dewi, Nikah Muda Lahirkan 8 Anak karena Jamu, Akhirnya Jadi Usaha Beromzet Puluhan Juta

Kompas.com - 06/10/2019, 18:18 WIB
Heru Dahnur ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Dalam usia 31 tahun, Dewi Hartarti telah memiliki delapan anak.

Bermula dari rajin meminum jamu, warga Bukit Merapin, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung ini melahirkan anaknya dengan jeda 1 tahun 1 bulan.

Dewi menikah pada usia muda, tepatnya saat masih SMA berumur 16 tahun.

Setahun kemudian anak pertamanya lahir. Ia pun harus berhenti sekolah dan mengambil ujian paket.

Setelah melahirkan anak pertama, istri dari M Ali (42) ini melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selama kuliah, tiga anaknya lahir.

Berlanjut setelah menamatkan kuliah, Dewi tetap menikmati masa suburnya. Alhasil empat anak kembali lahir.

"Alhamdulillah sekarang delapan anak, empat laki-laki dan empat perempuan. Yang sulung Aria 14 tahun, sementara yang bungsu Ibrahim umur 1 tahun," kata Dewi saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya, Sabtu (5/10/2019).

Baca juga: Kisah di Balik Ibu Hamil yang Melahirkan di Tepi Jalan Rusak, Dibantu Warga hingga Ditandu dengan Kain Sarung

Memiliki banyak anak, kata Dewi tak lepas dari dorongan orangtua. Karena Dewi terlahir dua bersaudara.

Maka dengan banyak anak diyakini rumah akan lebih ramai dan banyak rezeki.

Entah kebetulan atau tidak, Dewi pun akhirnya melahirkan banyak anak dalam rentang usia yang masih muda.

Dari fenomena banyak anak ini pula keberuntungan datang menghampiri.

Teman-temannya tertarik dengan kesibukan yang dilakoni Dewi yang dalam waktu bersamaan membesarkan delapan anak.

Sebab Dewi terlihat energik dan tubuhnya tidak melar seperti wanita hamil lainnya. Bahkan sepekan setelah melahirkan, Dewi sudah menjalani aktivitasnya dengan menyetir mobil sendiri.

"Jadi banyak yang heran, 'kamu itu minum apa sampai bisa seperti orang belum melahirkan?" ujar Dewi menirukan perkataan teman-temannya.

Selain rekam jejaknya melahirkan banyak anak, Dewi juga menarik perhatian karena membuka usaha penjualan pakaian.

 

Racikan jamu

Ia langsung menjadi model dan mempromosikan pakaian tersebut. Rahasia langsing wanita berambut hitam sebahu itu pun sering ditanyakan para pelanggan. 

Dewi menceritakan perihal ramuan jamu yang diminumnya saban hari.

Dari cerita-cerita tersebut, jamu yang diracik orangtuanya itu akhirnya mulai mendapatkan pesanan.

"Ada yang memesan untuk kesuburan, datang bulan maupun untuk keputihan. Selain itu ada juga jamu yang untuk kebugaran," ujar Dewi yang merupakan lulusan Ilmu Hukum itu.

Dari pesanan teman-temannya itu, jamu yang biasa diminum Dewi semakin luas diketahui.

Dewi juga menggunakan media sosial dan penjualan online untuk memasarkan jamu tersebut.

Keberuntungan terus menyertai usaha penjualan jamu. Kini pembeli tidak hanya warga Bangka Belitung, tapi merambah hingga berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan pesanan jamu juga datang dari mancanegara seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, dan Swiss.

Pesanan yang kian ramai membuat Dewi membuka cabang usaha jasa pengiriman di dekat rumahnya.

Ia pun kini telah membuat merk jamu sendiri bernama "Dewi Mak Ganak".

"Mak Ganak artinya Mak Gaul Banyak Anak," ujar Dewi sembari tertawa.

Omzet penjualan

Dari penjualan jamu, Dewi bisa meraup omset Rp 60 juta sampai Rp 70 juta per bulan.

Setiap jamu dijual dengan harga bervariasi. Mulai Rp 20.000 hingga Rp 100.000 untuk kemasan paket.

Jamu Mak Ganak, kata Dewi, diolah dari rempah-rempah asli Bangka. Para petani mengantar langsung rempah-rempah yang dibutuhkan ke rumahnya yang sekaligus sebagai dapur jamu Mak Ganak.

"Bahan-bahan yang sudah dikenal seperti kunyit, pinang muda dan jahe," ujar dia.

Baca juga: Kisah di Balik Viralnya Slip Gaji Bupati Banjarnegara Rp 5,9 Juta, Foto Diambil Anaknya yang SMP

Penjualan jamu yang kini laris membuat  Dewi sedikit kewalahan.

Dalam sehari pesan di akun WhatsApp-nya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Dia harus mengelola sendiri akun pesanan, karena banyak yang memesan sembari berkonsultasi.

Pengiriman ke luar negeri 

Dewi mengatakan, pengiriman jamu ke luar negeri sedikit mengalami kendala.

Sebab, hingga saat ini belum ada jasa pengiriman yang bisa menjamin barang tiba tepat waktu ke alamat yang dituju.

Durasi waktu menjadi perhitungan serius karena terkait daya tahan jamu selama dalam kemasan.

Selama ini jamu yang dijual tanpa bahan pengawet dengan pengemasan yang masih sederhana.

"Ada pesanan dari Brunei Darussalam dan Madina Arab Saudi, tapi belum bisa dikirim. Mau kirim bagaimana itu yang belum tahu," ujar dia.

Pengiriman jamu ke Swiss dilakukan dengan cara menitip pada kenalannya yang berangkat dari Semarang.  

"Kalau Hongkong, Singapura dan Taiwan memang sudah sering, sudah biasa pakai jasa pengiriman," ujar Dewi. 

Dewi mengaku siap jika ada rekan bisnis yang mau bermitra untuk jasa pengiriman luar negeri.

Peluang usaha ini terbuka karena banyak pesanan yang sebagian besar belum bisa ter-cover.  

Puas dengan jamu racikan Dewi

Mengalirnya usaha penjualan jamu Dewi tak bisa dilepaskan dari testimoni para pelanggan di media sosial.

Banyak yang mengaku puas dan berhasil mendapatkan keturunan setelah meminum jamu Mak Ganak.

"Ada pembeli dari Betung, Palembang yang tidak menstruasi selama tujuh tahun. Setelah minum jamu, sehari setelahnya langsung datang bulan. Kemudian di Toboali Bangka Selatan sudah enam tahun, akhirnya datang juga," ujar dia.

Ada juga pelanggan yang hamil meskipun sudah divonis dokter ada kebuntuan pada rahim.

Pelanggan itu telah menikah selama enam tahun, beruntungnya baru minum sebotol.

Sumbatan pada rahim wanita tersebut keluar. Darah beku seperti kista itu pun sempat difoto pelanggan dan diposting ke media sosial Mak Ganak.

Belakangan pelanggan tersebut melaporkan jika dirinya sudah mulai "ngisi" atau hamil.

"Pelanggan di medsos mereka juga konsultasi dan kalau berhasil mereka posting juga," beber Dewi.

Jamu Mak Ganak pun dipercaya tidak hanya untuk kesuburan laki-laki dan wanita, tapi juga membantu memperkuat janin dan stamina ibu hamil.

Kini jamu tersebut telah mengantongi surat izin usaha dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com