Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kisah Salahudin, Penderita Gangguan Jiwa yang Kelola Rumah Sampah di Flores

Kompas.com - 09/09/2019, 13:06 WIB
Nansianus Taris,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Senyum semringah Salahudin menyambut kami. Ia kemudian menuruni anak tangga untuk menjumpai kami di jalan. Ia menyalami kami penuh lembut.

“Salahudin, Salahudin, Salahudin saja,” begitu ia memperkenalkan dirinya.

Salahudin mengajak kami masuk ke rumahnya. Dengan penuh cemas, kami mengikutinya. 

Begitu membuka pintu, semua ruangan terisi dengan sampah. Penuh dan sesak. Ada yang bergelantungan di langit-langit rumah. Ada yang menumpuk di lantai, ada juga yang berserakan begitu saja. 

Hanya tersisa lorong untuk bisa berjalan. Tapi ukurannya sangat sempit. Ada sebuah tempat tidur di pojok yang dibaluti kelambu kusam. Mungkin di situlah tempat tidurnya. 

Tiga kucing, satu berwarna hitam dan duanya lagi berwarna belang, bermain asyik di atas tempat tidur. Tampak ketiganya bersih dan asyik dipandang.

Luar biasanya, bau busuk khas sampah tak sedikit pun tercium di dalam rumah tersebut. Hanya udaranya sedikit pengap, mungkin karena sirkulasi udara yang tidak lancar. 

Setelah melihat isi ruangan, kami kembali keluar dan berbincang dengan Salahudin tentang rumah sampahnya ini.

Kami memberinya pertanyaan yang sistematis, tetapi sia-sia. Kami bertanya lain, Salahudin menjawabnya lain. Tidak nyambung memang. 

Jangankan kami pendatang baru, warga sekampungnya pun tidak paham dengan apa yang dibicarakannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com