Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kisah Salahudin, Penderita Gangguan Jiwa yang Kelola Rumah Sampah di Flores

Kompas.com - 09/09/2019, 13:06 WIB
Nansianus Taris,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Ketika Salahudin menggunakan Bahasa Buton, mereka mengerti. Yang rumitnya adalah saat ia mencampurkan bahasa Buton dengan bahasa-bahasa lain yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.

Saat mengakhiri pembicaraan, ia selalu tertawa terkekeh dengan mengacungkan jari jempolnya. Kendati demikian, beberapa hal yang kami tanyakan, ia jelaskan dengan baik meskipun ringkas.

Satu pertanyaan kami yang dijawab dengan baik yakni saat ia mulai mengumpulkan sampah di pulau mungil itu. 

"Sejak tiga tahun lalu. Sampah jenis apa saja, saya pungut entah di laut atau di lingkungan sekitar," ujarnya singkat kepada sejumlah awak media, Sabtu (7/9/2019). 

Ia menyebut, setelah dipungut, sampah dicuci hingga bersih hingga tidak mengeluarkan bau tak sedap. Sampah-sampah digantung di dalam dan luar rumah.

Baca juga: Kisah Bocah Zulkifli: Tinggal di Rumah Reyot, Seminggu Bolos Sekolah karena Tak Punya Uang Jajan

Berdasar penuturan warga pulau Koja Doi, ia memungut sampah setiap hari. Tiada hari tanpa pungut sampah.

“Ia biasanya cuci sampah di laut. Tidak puas di laut, dia cuci lagi pakai air keran. Kadang-kadang air keran habis gara-gara dia punya sampah,” ungkap Ancol.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com