Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Kabut Asap Selimuti Kota Palembang, Jarak Pandang 300 Meter hingga Diminta Gunakan Masker

Kompas.com - 06/09/2019, 13:50 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Akibat kebakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel), membuat kualitas udara di Kota Palembang memasuki kategori tak sehat lantaran diselimuti kabut asap tebal yang terjadi sejak dua hari terakhir.

Konsertrasi Partikulat (PM10) yang tercatat di stasiun Klimatologi Palembang menyebutkan, titik tertinggi kualitas udara di Palembang telah mencapai 202,37 mikrogram pada Kamis (5/9/2019) pukul 07.00 WIB.

Namun, PM10 semakin menurun menjelang siang yakni 195,78 mikrogram pada pukul 08.00 WIB.

Sementara pada pukul 09.00 WIB menjadi 153,82 mikrogram dan melewati ambang batas tidak sehat PM 10 yakni 150-250 mikrogram.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG stasiun SMB II Palembang Bambang Beny Setiaji menghimbaun warga menggunakan masker, ketika berada di luar ruangan.

Beriku ini fakta kabut asap selimuti Kota Palembang:

1. Jarak pandang menurun drastis

Ilustrasi kabut kotapixabay Ilustrasi kabut kota

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG stasiun SMB II Palembang Bambang Beny Setiaji mengatakan, jarak pandang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, sempat menurun drastis akibat kabut asap.

Di mana jarak pandang hanya sampai antara 300-500 meter. Akibatnya, satu jadwal penerbangan pun terpaksa ditunda.

"Berdasarkan hasil prakiraan cuaca, Sumsel tidak ada potensi hujan sampai 10 September nanti," ujarnya.

Baca juga: Diselimuti Kabut Asap Tebal, Udara di Palembang Tidak Sehat, Jarak Pandang 300 Meter

2. Diminta gunakan masker

ilustrasi maskershutterstock ilustrasi masker

Dikatakan Bambang, adanya asap tersebut akibat kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Selain itu, angin permukaan umumnya dari Selatan-Tenggara dengan kecepatan 5-10 knot (9-19km/jam) mengakibatkan potensi masuknya asap ke Palembang.

"Kami mengimbau warga untuk menggunakan masker ketika berada di luar ruangan," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Ingatkan Gubernur Kalbar soal Kabut Asap Kebakaran Lahan

3. Terpantaun 115 titik panas

Ilustrasi kebakaran hutan dan lahanShutterstock.com Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan

Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori menjelaskan, ada 115 titik panas yang terpantau melalui satelit Lapan.

Titik api terbanyak berada di Kabupaten OKI yakni 37 titik api, lalu Kabupaten Banyuasin 21, Musi Banyuasin (Muba) 21, 20 titik dan 13 di Musirawas Utara.

Baca juga: Warga Panik, Kebakaran Hutan Merembet ke Permukiman

4. Fokus water bombing

Ilustrasi helikopter water bombing tampak melakukan penyiraman dari udara terhadap lahan yang terbakar. KOMPAS.com/Amriza Nursatria Ilustrasi helikopter water bombing tampak melakukan penyiraman dari udara terhadap lahan yang terbakar.

Dikatakan Ansori, saat ini mereka masih memfokuskan untuk melakukan pemadaman dengan water bombing di Kabupaten OKI dengan menggunakan helikopter.

"Asap yang terjadi di Palembang akibat angin yang mengarah ke sini. Sehingga asap dari kebakaran di OKI masuk ke kota," katanya.

Meski demikian, Ansori mengklaim jika kualitas udara masih dalam batas kategori baik karena PM10 hanya mencapai 42 mikrogram.

"Ada perbedaan hasil pantauan dari BMKG dan Kementerian LHK. Kami mengacu pada Kementerian LHK," jelasnya.

Baca juga: Meski Kerahkan 5 Heli Water Bombing, Kabut Asap Karhuhtla Mulai Selimuti Bandara di Kalsel

Sumber: KOMPAS.com (Aji YK Putra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com