Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kota Medan Semakin Mengerikan, Begal-begal Sadis Berkeliaran..."

Kompas.com - 03/09/2019, 07:30 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Dia bekerja usai mengantar anaknya sekolah, sekira pukul 10.00 WIB. Tengah hari, ia menjemput sang anak pulang sekolah lalu kembali ke rumah sampai pukul 14.30 WIB. Sekitar empat jam dia kembali bekerja, pukul 20.00 WIB biasanya sudah di rumah.

"Gak pernah sampai malam-malam kali, kita jaga-jaga dan lebih hati-hati ajalah..." ujarnya.

Baca juga: Polisi Tembak Mati Begal Sadis di Palembang

Medan darurat begal

Juniawan Simanjuntak, warga Jalan Periuk, Ayahanda Medan yang bekerja sebagai mekanik di Kawasan Industri Medan juga turut resah dengan keamanan dan kenyamanan Kota Medan yang dirusak oleh aksi-aksi kejahatan.

Walau jam kerja laki-laki yang sudah 30 tahun bekerja di pabrik logam ini tidak masuk jam rawan, tapi ketakutan tetap melandanya.

"Arah ke Belawan terutama, sering kejadian itu. Waktu di Kota Bangun, pernah digorok di situ. Ya, maunya harus betul-betul amanlah Medan ini. Polisi harus lalu-lalang, kalau tidak begal-begal tak takut. Mereka juga punya alat komunikasi canggih yang bisa mengetahui polisi di mana, maka polisi harus lebih canggih lagi. Buat masyarakat, kalau berselisihan sama geng motor, pura-pura tak nengok aja, langsung tancap gas," katanya.

Enggan keluar rumah, takut jadi korban begal

Sementara Rum, mahasiswa semester akhir di USU, sejak bekal kembali marak, memilih berdiam di kos-kosan saja. Pilihannya ini diperkuat saat mengetahui ada mahasiswa fakultas lain yang jadi korban begal.

Tangannya penuh luka sayatan bekas sabetan kelewang pelaku. Apalagi katanya, sekarang ini gampang, mau pesan makan dan minum tinggal buka aplikasi. Jadi tak perlu antre dan berada di jalanan, lebih aman.

"Kalau tak penting kali, tak usah keluar. Cari aman aja kita, ngeri nengok begal-begal itu..." katanya sambil berlalu.

Begitu juga Armina, ibu dua anak yang tinggal di Jalan Setia Budi Ujung, tak lagi mau ke luar rumah jika tak penting benar. Diingatnya, lima tahunan lalu, dirinya masih sering pulang larut malam dengan sepeda motor.

Sengaja dia memilih pulang menjelang pagi supaya tidak terjebak macet di jalanan. Sekarang, Mina sudah deg-degkan kalau masih di luar rumah di atas jam 20.00 WIB.

"Udah takut aku pulang malam sekarang, gak aman lagi di mana-mana. Mungkin kalau ada teman atau rame-rame, masih lebih tenang. Kalau sendirian, bawaan kita curiga terus, takut terus. Ada yang mepet atau dekat sikit aja, langsung curiga begal," katanya tertawa.

Lebih baik mencegah ketimbang cari gara-gara, kata perempuan ramah ini. Tetap korban yang dirugikan, khususnya perempuan.

Sudah hampir kehilangan nyawa, hilang harta benda, rusak fisik, hukuman untuk pelaku cuma hitungan bulan. Dia ingin, bagi pelaku begal yang mengulangi perbuatannya supaya hukumannya diperberat, ditambah jumlahnya biar tak mengulangi lagi.

"Ini ku baca, ada yang udah bolak-balik masuk penjara, tak jera-jera juga. Ada yang ditembak pun, tak jera juga, cemanalah ya... Ngeri aku," ungkapnya sambil merapikan kacamata.

Baca juga: Begal Sadis Berusia 17 Tahun Ini Ditembak karena Coba Kabur

Kapolda Sumut perintahkan tembak mati begal, tapi...

Ada dua masalah dalam pandangan praktisi hukum Julheri Sinaga soal tembak mati yang diperintahkan Kapolda Sumut untuk para begal yang membandel.

Pertama, dalam aturan hukum dijelaskan bahwa untuk menegakkan hukum tidak boleh cara melanggar hukuman.

Tembak mati harus ada alasan yang kuat dan berdasarkan keputusan pengadilan. Penegak hukum boleh melakukan penembakan kepada seseorang yang diduga melakukan kejahatan dengan syarat apabila membahayakan nyawa petugas dan hendak melarikan diri.

"Boleh dilakukan penembakan tapi tidak mematikan, yang boleh ditembak dari pinggang ke bawah, dan itu harus ada peringatan, tembak ke atas dulu. Bukan berarti kita mendukung begal. Ini sikap orang yang mengerti hukum. Tembak mati itu melanggar hukum, masa oang ditembak mati, melumpuhkan boleh..." katanya.

Pandangan kedua, maraknya begal membuktikan penegakan hukum tidak berjalan sebagai mana mestinya.

Baca juga: Pelaku Begal Sadis Masih Bebas, Polisi Minta Warga Sambas Tetap Tenang

Pencegahan lebih efektif? 

 

Cara paling efektif selain tembak mati adalah pencegahan. Polisi harus merangkul masyarakat, bisa dimulai dengan kembali menggalakkan pos keamanan lingkungan (poskamling) yang merupakan budaya warisan dan adat ketimuran. 

"Saya lebih cenderung ke pencegahan ketimbang tindakan. Kalaupun dilakukan penindakan, ya penegakan hukum, bukan melanggar hukum. Pencegahan cenderung sebagai upaya menyelamatkan orang," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com