Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petrus Pitoy, Petani Moke Sejak Kecil hingga Mampu Kuliahkan 2 Anaknya Jadi Sarjana

Kompas.com - 22/08/2019, 10:22 WIB
Nansianus Taris,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Petrus Pitoy adalah salah satu petani moke yang berusia lanjut di Desa Nele Urung, Kecamatan Nele, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. 

Petrus menjadi petani moke sejak usia kecil. Ia terbilang petani ulet dalam mengiris dan menyuling moke di desanya.

Kini, di usianya yang ke-64, Petrus tetap semangat mengiris dan menyuling moke untuk dijual. 

"Saya sekarang umur 64 tahun. Masih semangat dan setia menyuling moke ini. Saya sejak kecil belajar mengiris Nira di kebun sampai pada proses suling jadi moke untuk dijual," kata Petrus kepada Kompas.com saat dikunjungi di pondok produksi mokenya, Rabu (21/8/2019). 

Baca juga: Curhat Petani Kelapa Flores yang Merasa Baru Merdeka pada HUT RI ke-74

Ia mengatakan, moke adalah minuman tradisional yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang dahulu. Menyuling moke adalah pekerjaan nenek moyang dulu, sehingga sudah seharusnya sebagai generasi penerus melestarikan warisan budaya tersebut. 

"Saya sejak kecil belajar dengan orangtua. Sejak kecil saya belajar iris Nira di kebun dan suling moke di pondok yang ada di dekat rumah. Makanya sampai usia tua begini pun, saya tetap setia menjalankan pekerjaan ini. Karena moke itu minuman tradisioanal, kita wajib belajar proses penyulingannya. Sehingga moke ini tidak hilang sampai kapan pun," katanya.

Ia menerangkan, moke bagi masyarakat Flores, termasuk di Kabupaten Sikka, adalah simbol adat dan persaudaraan. 

"Setiap acara adat, moke selalu jadi sarana perekat kebersamaan antara keluarga. Moke juga biasa diminum saat duduk bersama dan dilengkapi camilan atau lepeng dalam bahasa Sikkanya," terang Petrus.

Topang ekonomi keluarga 

Petrus menuturkan, sejak tahun 1967 ia bekerja menyuling moke untuk dijual di pasar Alok dan Geliting Kota Maumere. Hasil jualan moke tersebut mampu menopang kebutuhan ekonomi keluarganya. 

"Saya kerja iris dan suling moke. Istri saya bantu jual ke pasar. Ada juga yang datang pesan langsung ke rumah. 1 botol aqua kecil moke ini dijual Rp 20.000. Hasil jual moke ini bisa bantu kebutuhan keluarga. Bahkan dua anak saya sudah jadi sarjana dari hasil jual moke saja," tuturnya. 

Ia menambahkan, salah seorang putranya juga menjadi perajin moke.

"Sejak kecil salah satu anak lelaki saya juga sudah bisa iris nira dan suling moke. Saat mereka masuk sekolah dasar sudah mulai belajar iris moke di kebun dan suling moke di tempat ini. Bagi saya, moke dan proses penyulingannya harus dilestarikan. Tidak boleh hilang," tambahnya. 

Baca juga: Cerita Anak Petani Pelosok Raih Impian Naik Pesawat untuk Pertama Kali karena Prestasi

Petrus berharap, pemerintah Kabupaten Sikka agar melegalkan moke. Tujuannya adalah agar moke menjadi minuman khas di Flores yang berlabel. Sehingga ke depan, tidak ada lagi cerita, moke dilarang dijual dan dibawa ke luar daerah. 

"Harapan saya sebagai petani moke itu saja, legalkan moke. Jadikan ini produk unggulan daerah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com