YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lahan pertanian tandus di Padukuhan Widoro Lor, Desa Bendungan, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mendadak ramai dikunjungi orang.
Pasalnya, dari sebuah sumur yang baru saja digali, muncul sumber air yang deras.
Belasan orang mendadak mendatangi lokasi karena penasaran munculnya sumber air di lahan milik Suyadi (62), warga Dusun Garotan, Desa Bendungan.
Baca juga: Pernikahan Kacau, Sejumlah PNS Gunungkidul Turun Pangkat
Lahan pertanian di sekitar sumur bor terlihat sudah kering, tanah-tanah di lahan tersebut sudah mengalami retak-retak karena kekeringan.
Suyadi menceritakan, pada Senin kemarin, dia memanggil tukang sumur bor untuk mengebor lahan pertaniannya karena di sekitar lahan pertanian itu tidak ada sumur. Pada musim kemarau, praktis lahannya tidak bisa ditanami tumbuhan.
Pada Senin pagi, tukang sumur bor mencari daerah yang memiliki sumber air, saat itu ditentukan sumur bor berada di sebelah selatan lahan pertaniannya.
Mulai pukul 10.00 WIB, pengeboran dilakukan. Tak ada yang berbeda selama pengeboran yang dilakukan sampai pukul 16.00 WIB.
Saat mereka beristirahat, tiba-tiba dari lubang bekas galian ini muncul air dengan deras. Suyadi kaget karena kemunculan air ini dirinya kemudian beriniosiatif menggunakan pipa untuk mengalirkan air.
"Tahu-tahu air naik ke permukaan dengan deras, lalu dipasang sebuah pipa berukuran kurang lebih 4 inci," ucapnya di lokasi, Rabu (21/8/2019).
Terus mengalir
Bersama sang adik, Paidi, dia menunggu sampai malam untuk mengetahui sumber air itu akan berhenti atau tetap mengalir. Ternyata air bersih itu terus mengalir tanpa henti sehingga tanah pertanian di sekitarnya pun basah.
Para petani pun berinisiatif untuk membuat saluran air yang digunakan untuk mengairi sawah yang telah mengering.
"Niatan saya membuat sumur bor dan airnya bisa dimanfaatkan tetangga sekitar," ucapnya.
Baca juga: Slamet, Warga Nasrani di Gunungkidul yang Ikut Memotong Daging Kurban
Menurut dia, di sekitar lokasi memang tidak ada sumur pompa. Petani sekitar hanya memanfaatkan air yang berada di sungai tak jauh dari lahan pertanian. Itupun tidak sampai dua bulan setelah musim kemarau tiba.
"Kalau musim kemarau, di sini tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian karena tidak ada sumber airnya," ujarnya.