Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merdeka Sinyal, "Video Call" Pertama dari Mentawai Pintu Samudra Hindia

Kompas.com - 17/08/2019, 12:02 WIB
Rachmawati

Editor

Tapi di daerah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) seperti Mentawai, hal itu adalah sebuah kemewahan yang langka.

Bahkan pada beberapa pulau yang terpisah dari pulau utama, komunikasi menggunakan jaringan telpon malah sangat tidak mungkin.

Membujuk penyedia layanan (provider) untuk masuk membangun Base Transceiver Station (BTS) di daerah 3T itu juga bukan perkara mudah karena secara finansial tidak menguntungkan (financially not viable).

Baca juga: Hasil Rekapitulasi KPU, Jokowi Menang Telak di Mentawai

Padahal untuk Mentawai, jaringan itu bukan hanya untuk menjalin komunikasi tetapi juga penting untuk mengejar ketertinggalan dari segi sumber daya manusia, kesehatan hingga mitigasi bencana.

Sejak rintisan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) mulai dilaksanakan di Indonesia pada 2015 hingga 2019, belum satupun sekolah di Mentawai yang pernah mempraktekkannya.

Bahkan, data Dinas Pendidikan setempat, pada 2019 sejumlah 12 SMA di Mentawai belum siap melaksanakan UNBK dan terpaksa harus ujian nasional dengan kertas dan pensil.

Baca juga: Penjelasan BMKG Terkait Potensi Gempa Bermagnitudo 8,9 di Mentawai

 

Mengejar ketertinggalan

Selama ini Mentawai yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia memang tidak memiliki sambungan jaringan internet yang baik. Sinyal internet hanya ada di ibu kota kabupaten, tetapi kecepatannya sangat rendah.

Pelayanan maksimal berbasis teknologi juga belum bisa diberikan untuk bidang perekonomian dan kesehatan di daerah itu.

Padahal banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan layanan, misalnya halodoc. Aplikasi itu memungkinkan masyarakat dan tenaga kesehatan di daerah 3T berkonsultasi kesehatan dengan dokter yang berkompetensi.

Baca juga: Ada Potensi Gempa 8,9 SR di Mentawai, BMKG Gelar Sekolah Lapang Geofisika

Mentawai akan sulit untuk berlari meninggalkan ketertinggalan jika infrastruktur pendukung tetap saja jauh dari harapan, terutama akses jalan dan telekomunikasi.

Dibangunnya 25 BTS dan akan ditambah 53 unit lagi secara bertahap oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kemkominfo menjadi secercah harapan bagi Mentawai untuk segera menanggalkan status tertinggal.

Roparia , salah satu tamatan sekolah di SMAN 2 Sipora menyebut bahwa internet yang cepat memberikan kesempatan bagi siswa untuk bisa memperbanyak referensi, memperluas pengetahuan agar bisa bersaing dengan siswa di daerah lain.

Baca juga: Wagub Sumbar: Ada Potensi Gempa Maha Dahsyat Intai Mentawai dan Bengkulu

 

Merdeka sinyal

Suku MentawaiBARRY KUSUMA Suku Mentawai
Menkominfo Rudiantara menyebut untuk hal-hal yang krusial itu, pemerintah akan selalu hadir untuk memastikan bahwa hak atas informasi melalui akses telekomunikasi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia.

Merdeka sinyal di seluruh daerah di Indonesia, sangat dimungkinkan dengan pembangunan BTS oleh BAKTI dan telah tersambungnya saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama (backbone) Palapa Ring dari barat hingga timur Indonesia pada akhir tahun 2019.

Selain BAKTI, pusat pemerintahan di Mentawai juga sudah tersambung jaringan Palapa Ring sejak Februari 2019.

Baca juga: BMKG: Gempa Mentawai Terjadi hingga 52 Kali

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com