Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Bung Karno di Ende, Renungkan Pancasila hingga Naskah Drama

Kompas.com - 17/08/2019, 08:44 WIB
Rachmawati

Penulis

KOMPAS.com - Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Ir Soekarno ke Ende.

Saat itu, Soekarno dan istrinya Inggit Garnasih, Ratna Djuami (anak angkat), serta mertuanya, Ibu Amsi, bertolak dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck.

Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di Pelabuhan Ende.

Puluhan tahun kemudian, kedatangan Bung Karno di Kota Endi diperingati masyarakat Ende dengan menggelar Parade Laut tepatnya pada Kamis (31/6/2019).

Baca juga: Perenungan Soekarno di Ende hingga Pohon Sukun, Fakta Unik Lahirnya Pancasila

Acara Parade Laut diawal dari Pulau Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju Pelabuhan Bung Karno, Kota Ende.

Ratusan kapal nelayan yang dihiasi Bendera Merah Putih, Burung garuda, dan foto Soekarno berparade dikawal oleh Kapal Perang KRI Teluk Ende 517.

"Jadi parade ini menceritakan tentang awal mula Bung Karno diasingkan oleh Belanda ke Ende sehingga masyarakat tahu akan sejarah tersebut," ucap Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Ardu Jelamu.

Parade laut digelar di Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (31/5/2018), dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2018.KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Parade laut digelar di Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (31/5/2018), dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2018.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, setelah tiba di Ende, Soekarno dan keluarganya dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.

Di rumah milik Haji Abdullah Amburawu, Ir. Soekarno beserta keluarganya menghabiskan waktu mereka selama empat tahun.

Rumah tersebut terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, dan tiga kamar tidur. Saat ini bagian rumah masih terlihat seperti sedia kala.

Beberapa barang milik Bung Karno juga masih disimpan seperti ranjang, lemari, biola, tongkat, lampu minya, lampu tekan, setrika, peralatan makan, dan peralatan amsak.

Beberapa karya lukisnya pun masih dipajang di dinding rumah dan beberapa buku koleksinya di letakkan di teras belakang rumah.

Baca juga: Parade Seribu Garuda Siap Digelar di Ende

 

Pohon sukun dan Taman Perenungan Soekarno

Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/6/2015).KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/6/2015).
Selama di Ende, Bung Karno selalu diawasi Belanda. Dia sempat depresi karena dipisahkan dengan sahabat dan pendukungnya. Dia kemudian rajin mendatangi kampung-kampung di Ende.

Dia juga banyak membaca dan berdialog dengan para misionaris, terutama Pastor Paroki Ende, Gerardus Huijtink.

Setiap hari Bung Karno harus melapor ke pos militer di Ende Utara. Untuk mengisi waktu, Bung Karno banyak menulis naskah tonil.

Sedikitnya ada 13 naskah tonil yang dibuat Bung Karno di Ende, yakni Dokter Setan, Rendo, Rahasia Kelimutu, Jula Gubi, Kut Kutbi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dinamit, Nggera Ende, Amoek, Rahasia Kelimutu II, Sang Hai Rumba, dan 1945.

Selama masa pengasingan, Bung Karno banyak merenung di sebuah taman sekitar lokasi pengasingan. Tepatnya di bawah sebuah pohon sukun. Salah satu hasil perenungannya adalah Pancasila.

Baca juga: Menengok Rumah Masa Kecil Bung Karno di Jombang yang Tinggal Pondasi

Kini, taman ini dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno atau sering disebut Taman Renungan Pancasila. Lokasinya di Kelurahan Rukun Lima.

Di taman tersebut, terdapat patung Soekarno duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.

Sementara, pohon sukun yang ada di Tamman Renungan Bung Karno disebut Pohon Pancasila. Pohon yang ada saat ini adalah pohon yang ditanam pada 1981, karena pohon yang asli sudah tumbang sejak 1960.

Lukisan Bung Karno di Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/6/2015).KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Lukisan Bung Karno di Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/6/2015).

Pada tahun 1938, Bung Karno dipindahkan dari Ende ke Bengkulu.

Pada tahun 1951, untuk pertama kalinya Soekarno kembali ke Ende setelah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Dalam kunjungannya, ia menyatakan keinginannya agar rumah pengasingan itu dijadikan museum.

Pada kunjungannya yang kedua pada tahun 1954, Ir. Soekarno meresmikan rumah itu sebagai “Rumah Museum”.

Rumah Pengasingan tersebut kemudian ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya berperingkat Nasional dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.

Sumber: KOMPAS.com (Aswab Nanda Pratama, Sigiranus Marutho Bere)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com