Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rusli Sosal, Dulu Buruh Bangunan dan Pedagang Asongan, Kini Jadi Anggota Dewan

Kompas.com - 15/08/2019, 06:47 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Khairina

Tim Redaksi

Dua kali masuk penjara

Perjalanan hidup Rusli memang teramat berat, saat dia sedang berjuang untuk menamatkan pendidikannya di sekolah, sebuah musibah yang tidak pernah diharapkannya tiba-tiba menimpanya.

Rusli yang saat itu duduk di bangku kelas 2 harus ditangkap polisi dan dipenjarakan selama tiga bulan lamanya atas tuduhan terlibat aksi tawuran dengan sejumlah pemuda di Pasar Masohi.

Dia mengaku saat itu dia tidak bisa membela diri dan hanya pasrah dengan kondisi yang dialaminya itu.

“Saya dipenjara selama tiga bulan di Polres saat itu,” ujarnya.

Baca juga: Jadi Anggota DPRD, Caleg yang Pernah Ingin Jual Ginjal Bagi-bagi Hadiah Umroh

Setelah menjalani hukuman di Polres Maluku Tengah, Rusli akhirnya kembali bersekolah dan memilih menjadi pengayuh becak di Kota Masohi sambil sesekali mengikuti para nelayan melaut.

Rusli mengaku, setelah setahun mengayuh becak musibah kembali menghampirinya. Saat itu, polisi kembali menangkapnya dan memasukkannya ke sel tahanan dengan tuduhan terlibat dalam kasus pencurian dan penjualan miras.

Beruntung, di saat kondisi sulit tersebut ada seorang pengacara yang bersedia membantunya hingga akhirnya dia dapat dibebaskan.

“Saya ditahan selama 21 hari di Polres. Tapi saya bersyukur ada seorang pengacara yang mau membantu saya,”ujarnya.

Jadi kuli bangunan

Selepas lulus dari SMA, Rusli mengaku memilih bekerja sebagai kuli bangunan di Masohi dan juga di Namlea, Kabupaten Buru. Berbagai pekerjaan kasar pun dilakukannya saat itu demi mendapatkan uang.

Rusli mengaku tidak ingat lagi berapa banyak bangunan yang dia kerjakan bersama-teman-temannya sesama buruh lainnya.

Namun, beberapa kantor pemerintahan hingga rumah warga dan juga selokan pernah dikerjakannya.

“Waktu jadi kuli bangunan banyak yang saya kerjakan seperti bangunan kantor, rumah warga sampai selokan,”ujarnya.

Baca juga: Jadi Anggota DPRD Jabar, Adik Rachel Maryam Belum Terpikirkan Gadai SK

Setelah setahun menggeluti pekerjaan itu, pada tahun 2003 dia lalu memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.

Kemudian, setelah itu, dia kembali memilih pergi ke Ambon untuk mencari pekerjaan.

Namun, sulitnya mendapatkan pekerjaan di Ambon membuat Rusli harus memilih menjadi kernet di mobil angkot dan juga sesekali memjadi kuli bangunan untuk dapat memenuhi biaya hidupnya sehari-hari.

“Saya tidak pernah malu melakukan semua itu, karena saya memang orang susah jadi saya merasa enjoy saja,”katanya.

Tak lama menjadi kernet dan kuli bangunan, Rusli akhirnya memilih melamar kerja di sebuah toko bangunan di Batu Merah.

Saat itu, bersama dua temannya, mereka kemudian memasukan lamaran dan langsung diterima di toko banguan tersebut.

Selama bekerja di toko bangunan tersbeut, Rusli mengaku ia mendapatkan bayaran tiap bulan Rp 450.000.

Uang hasil kerjanya itu lalu digunakan untuk membayar kamar kos setiap bulannya dan selebihnya untuk biaya hidupnya.

Meski upah yang didapat terbilang kecil, namun dia mengaku bersyukur karena masih bisa menyisihkan sebagian dari pendapatannya itu untuk ditabung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com