Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rusli Sosal, Dulu Buruh Bangunan dan Pedagang Asongan, Kini Jadi Anggota Dewan

Kompas.com - 15/08/2019, 06:47 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Khairina

Tim Redaksi

AMBON,KOMPAS.com-Rasa haru bercampur bahagia dirasakan Rusli Sosal saat Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku membacakan Surat Keputusan penetapan perolehan kursi partai politik dan calon terpilih Anggota DPRD periode 2019-2024.

Politisi Partai Hanura ini ikut ditetapkan sebagai anggota DPRD SBB setelah pada pemilu legislatif 17 April 2019 lalu ia berhasil meraup suara terbanyak dari dua rekannya sesama caleg Partai Hunura di dapil II yang meliputi Kecamatan Amalatu, Inamosul, dan Elpaputih.

Rusli berhasil meraih sebanyak 1.508 suara atau terbanyak kedua secara perorangan dari dapil tempatnya bertarung.

Tambahan suara dari dua caleg Hanura lainnya membuat  akumulasi suara Partai Hanura pun menembus angka 2.389 suara hingga akhirnya meloloskan pria berusia 36 tahun ini sebagai anggota DPRD terpilih.

Baca juga: PKB Jabar Batasi Agunan Gadai SK Kadernya yang Terpilih Jadi Anggota DPRD

“Alhamdulillah syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT kepadaku, saya telah ditetapkan sebagai Anggota DPRD ,”kata Rusli kepada Kompas.com, setelah mengikuti rapat pleno terbuka penetapan calon anggota DPRD terpilih di Piru, Rabu (13/8/2019).

Kini Rusli hanya tinggal menunggu waktu untuk dilantik selanjutnya siap bekerja untuk memajukan daerahnya.

Namun, siapa sangka di balik kesuksesannya menduduki kursi wakil rakyat itu, Rusli ternyata memiliki perjalanan hidup yang teramat berat.

Menurut Rusli, sebelum terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai anggota DPRD, dia pernah menggeluti pekerjaan sebagai buruh kasar, pedagang asongan, pengayuh becak, dan pelayan di rumah makan hingga tukang ojek.

Hal itu dilakukannya setelah dia memilih meninggalkan kampung halamannya di Desa Latu, Kecamatan Amalatu, Seram Bagian Barat untuk merantau ke Masohi, Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 1999 silam.

“Semua pekerjaan kasar telah saya lalui. Saya pernah jadi buruh kasar, pengemudi becak, pedagang asongan dan juga pelayan di rumah makan,”katanya.

Pilih merantau

Keputusannya meninggalkan kampung halaman untuk pergi merantau di usia remaja bukanlah tanpa alasan.

Kondisi ekonomi keluarga yang serba sulit menjadi salah satu penyebab Rusli memilih pergi meninggalkan keluarganya.

Rusli mengaku dia telah ditinggal pergi oleh ayahnya, Said Sosal menghadap sang khalik sejak tahun 1990 saat ia masih duduk di bangku SD.

Baca juga: Baru Dilantik, DPRD Semarang Langsung Dapat PR

 

Sementara ibunya Diana Patty tidak lagi mampu membiayai sekolahnya saat itu karena usianya yang sudah tua. Kondisi yang dihadapi itu membuatnya memilih pergi meski dirasa sangatlah berat.

“Bapak saya dulunya seorang modim sebelum beliau meninggal, kalau ibu saya hanya petani biasa dan sudah tua jadi tidak bisa menanggung lagi biaya sekolah saya,”ujarnya.

Menurut Rusli saat berada di Masohi, dia memilih bekerja pertama kali sebagai pelayan di rumah makan Surabaya sambil bersekolah di sebuah SMA di Masohi.

Dia mengaku beruntung karena pemilik rumah makan mau menampungnya untuk tinggal di rumah makan tersebut.

Dari hasil kerjanya sebagai pelayan rumah makan itu pun dia dapat membiayai sekolah dan sebagian lagi ditabung untuk dikirim kepada ibunya di kampung halaman.

“Awalnya saya sekolah di SMA Pertanian Negeri Masohi di Makariki. Namun karena konflik tahun 1999, saya lalu pinda ke SMA Mathlaur Anwar, selanjutnya pindah lagi ke SMEA Negeri Masohi hingga lulus,”ujarnya.

Pada tahun 2000, Kota Masohi ikut dilanda konflik kemanusiaan hingga memaksa rumah makan tempatnya bekerja harus tutup.

Karena tidak punya biaya untuk sekolah Rusli akhirnya memilih menjadi pedagang asongan untuk membayar biaya sekolah.

“Selama lima bulan saya menjadi pedagang asongan untuk tetap bersekolah, saya berjualan di pasar kaget, lumayan bisa untuk bayar biaya sekolah,”katanya.

Dua kali masuk penjara

Perjalanan hidup Rusli memang teramat berat, saat dia sedang berjuang untuk menamatkan pendidikannya di sekolah, sebuah musibah yang tidak pernah diharapkannya tiba-tiba menimpanya.

Rusli yang saat itu duduk di bangku kelas 2 harus ditangkap polisi dan dipenjarakan selama tiga bulan lamanya atas tuduhan terlibat aksi tawuran dengan sejumlah pemuda di Pasar Masohi.

Dia mengaku saat itu dia tidak bisa membela diri dan hanya pasrah dengan kondisi yang dialaminya itu.

“Saya dipenjara selama tiga bulan di Polres saat itu,” ujarnya.

Baca juga: Jadi Anggota DPRD, Caleg yang Pernah Ingin Jual Ginjal Bagi-bagi Hadiah Umroh

Setelah menjalani hukuman di Polres Maluku Tengah, Rusli akhirnya kembali bersekolah dan memilih menjadi pengayuh becak di Kota Masohi sambil sesekali mengikuti para nelayan melaut.

Rusli mengaku, setelah setahun mengayuh becak musibah kembali menghampirinya. Saat itu, polisi kembali menangkapnya dan memasukkannya ke sel tahanan dengan tuduhan terlibat dalam kasus pencurian dan penjualan miras.

Beruntung, di saat kondisi sulit tersebut ada seorang pengacara yang bersedia membantunya hingga akhirnya dia dapat dibebaskan.

“Saya ditahan selama 21 hari di Polres. Tapi saya bersyukur ada seorang pengacara yang mau membantu saya,”ujarnya.

Jadi kuli bangunan

Selepas lulus dari SMA, Rusli mengaku memilih bekerja sebagai kuli bangunan di Masohi dan juga di Namlea, Kabupaten Buru. Berbagai pekerjaan kasar pun dilakukannya saat itu demi mendapatkan uang.

Rusli mengaku tidak ingat lagi berapa banyak bangunan yang dia kerjakan bersama-teman-temannya sesama buruh lainnya.

Namun, beberapa kantor pemerintahan hingga rumah warga dan juga selokan pernah dikerjakannya.

“Waktu jadi kuli bangunan banyak yang saya kerjakan seperti bangunan kantor, rumah warga sampai selokan,”ujarnya.

Baca juga: Jadi Anggota DPRD Jabar, Adik Rachel Maryam Belum Terpikirkan Gadai SK

Setelah setahun menggeluti pekerjaan itu, pada tahun 2003 dia lalu memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.

Kemudian, setelah itu, dia kembali memilih pergi ke Ambon untuk mencari pekerjaan.

Namun, sulitnya mendapatkan pekerjaan di Ambon membuat Rusli harus memilih menjadi kernet di mobil angkot dan juga sesekali memjadi kuli bangunan untuk dapat memenuhi biaya hidupnya sehari-hari.

“Saya tidak pernah malu melakukan semua itu, karena saya memang orang susah jadi saya merasa enjoy saja,”katanya.

Tak lama menjadi kernet dan kuli bangunan, Rusli akhirnya memilih melamar kerja di sebuah toko bangunan di Batu Merah.

Saat itu, bersama dua temannya, mereka kemudian memasukan lamaran dan langsung diterima di toko banguan tersebut.

Selama bekerja di toko bangunan tersbeut, Rusli mengaku ia mendapatkan bayaran tiap bulan Rp 450.000.

Uang hasil kerjanya itu lalu digunakan untuk membayar kamar kos setiap bulannya dan selebihnya untuk biaya hidupnya.

Meski upah yang didapat terbilang kecil, namun dia mengaku bersyukur karena masih bisa menyisihkan sebagian dari pendapatannya itu untuk ditabung.

“Ya masih bisa tabung sedikit-sedikit,”katanya.

Rusli mengaku saat sedang bekerja di toko bangunan itulah dia lalu diajak salah seorang temannya untuk masuk kuliah.

 

Awalnya ajakan itu ditolaknya mentah-mentah karena ia tidak punya cukup biaya. Namun, setelah itu dia memberanikan diri untuk mendaftar sebagai mahasiswa dan diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Darusalam Ambon.

Baca juga: Raih Kursi Terbanyak, Nasdem Siapkan 3 Nama Calon Ketua DPRD Papua

Tiga tahun menjadi mahasiswa, Rusli akhirnya menikah pada tahun 2008 dengan istrinya Nur Ain Patty.  

Untuk memenuhi keperluan kuliah dan biaya hidup keluarga kecilnya, dia akhirnya banting setir menjadi tukang ojek selama lima tahun lamanya.

Dia bersyukur biaya kuliahnya dapat diatasi karena saat menjadi mahasiswa dia mendapatkan beasiswa selama kuliah dari pihak universitas.

Selain itu dia juga mendapat pekerjaan sampingan sebagai supervisor dari Bank Indonesia selama 4 triwulan lamanya serta banyak terlibat di sebuah lembaga survey politik.

“Saya juga bersyukur karena kakak perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga juga sering mengirim uang untuk membantu. Saya juga banyak kejra sampingan lain sehingga bisa membantu biaya kuliah saya,”ujarnya.

Jadi wartawan

Selepas lulus kuliah pada tahun 2013, Rusli akhirnya memilih untuk menjalani profesi sebagai wartawan.

Atas bantuan tiga orang rekannya yang juga wartawan, dia akhirnya melamar di sebuah perusahan media lokal di Kota Ambon dan langsung diterima.

Tiga tahun lamanya bekerja di perusahan media bernama Info Baru tersebut, Rusli akhirnya pindah ke sebuah perusahan media lainnya bernama Kabar Timur setelah koran harian Info Baru tutup akibat mengalami kerusakan mesin.

“Saya berterima kasih kepada tiga rekan saya itu karena dari merekalah saya bisa menjadi wartawan dan dapat mengenal dunia yang lebih luas,”ujarnya.

Selama menjadi wartawan, Rusli mengaku hanya bertugas di Ambon selama dua tahun selebihnya dia ditugaskan oleh perusahan tempatnya bekerja sebagai kepala biro di Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Selama bertugas sebagai wartawan di Seram Bagian Barat, Rusli lalu tak hanya menjalankan profesinya untuk menyampaikan informasi ke publik namun ia juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan advokasi terhadap kepentingan masyarakat.

Baca juga: Gerindra Kuasai Kursi DPRD Kabupaten Bogor Periode 2019-2024

Dia bahkan terlibat aktif melakukan penggalangan dana bagi warga yang terkena musibah hingga membentuk forum relawan untuk membantu warga miskin yang tidak memiliki biaya untuk berobat ke rumah sakit.

Dari profesi wartawan, Rusli kemudian memperkuat jejaring dengan berbagai pihak termasuk juga dengan para tokoh masyarakat.

Hingga akhirnya pada tahun 2019 banyak pihak yang kemudian mendorongnya untuk maju sebagai anggota DPRD Seram Bagian Barat.

“Atas dorongan dari banyak pihak saya kemudian memilih maju sebagai calon anggota DPRD dan Alhamdulillah saya terpilih,”katanya.

Setelah ditetapkan sebagai Anggota DPRD, Rusli berjanji setelah dilantik nanti dia akan melaksnaakan tugasnya dengan baik dan tidak akan mengecewakan orang-orang yang telah memberikan kepercayaan kepadanya sebagai perwakilan di DPRD Seram Bagian Barat.

Dia juga mengaku jabatan yang saat ini diraihnya merupakan amanah dari Tuhan dan kepercayaan dari banyak pihak. Sehingga, jabatan tersebut tak akan dapat merubah jati dirinya sebagai seseorang yang pernah merasakan pahirtnya penderitaan hidup.

“Terima kasih kepada semua masyarakat yang telah memilih saya, Saya akan tetap menjadi diri saya yang dulu, jangan pernah menanggap saya akan berubah setelah saya memperoleh jabatan ini,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com