Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mama Anastasia dan Gerabah Peninggalan Nenek Moyang

Kompas.com - 12/08/2019, 12:28 WIB
Nansianus Taris,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Tetapi, yang lebih penting dari itu, menurut Anastasia, membuat gerabah sama dengan melestarikan peninggalan nenek moyang. 

"Ini barang bersejarah. Gerabah ini peninggalan nenek moyang kita dulu. Kita harus bisa merawat dan melestarikan agar tidak hilang jejaknya. Itu motivasi yang buat saya tetap membuat gerabah ini setiap hari," kata Anastasia.

Ia menuturkan, semangatnya tidak pernah suram meski pekerjaan itu tidak banyak diminati, karena dianggap susah.

"Banyak orang di sini tidak mau kerja gerabah ini. Katanya susah. Padahal biasa saja. Saya sudah puluhan tahun buat ini setiap hari, biasa saja. Intinya kita harus mulai dan menikmatinya," tutur mama Anastasia.

Proses tradisional

Ia menerangkan, proses pembuatan gerabah sebenarnya tidak susah. Awalnya, tanah liat dijemur, kemudian ditumbuk, lalu diayak sampai halus.

Setelah itu, tanah tersebut dicampur dengan air.  

Setelah tanah campur dengan air, baru dimulai proses pembuatan bibir gerabah.

Setelah dikeringkan, pukul bagian bawah gerabah, kemudian dibersihkan menggunakan air dan kayu kecil.

Setelah itu, gerabah yang sudah terbentuk dijemur selama 2-3 hari.

Selanjutnya, gerabah yang sudah kering dibakar dan disiapkan untuk dipasarkan.

Adapun, alat-alat yang digunakan antara lain, tutun atau kayu untuk memukul bagian luar dan membentuk jadi periuk.

Kemudian, batu untuk memukul bagian dalam.   

Di tengah zaman yang semakin maju kini, mama Anastasia berharap agar anak-anak muda tertarik untuk belajar membuat gerabah. 

"Selama ini saya ajak mereka di kampung sini, tidak mau. Tetapi, pelan-pelan sudah ada yang mau. Kalau mereka tidak belajar, hilang nanti. Padahal ini kan barang peninggalan nenek moyang yang mesti dilestarikan," ujar mama Anastasia.

Anastasia juga berharap kepada Pemerintah Desa Wolo Koli agar membentuk kelompok kerajinan gerabah melalui badan usaha milik desa.

Dengan begitu, masyarakat yang mau belajar membuat gerabah bisa bergabung dalam kelompok tersebut. 

"Saya ingin gerabah ini jadi produk unggulan desa Wolo Koli. Itu juga bisa menyumbang pendapatan asli desa," kata Anastasia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com