Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pandai Besi Ciptakan Pisau Khusus untuk Sembelih Hewan Kurban

Kompas.com - 09/08/2019, 21:46 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Bilah yang diinginkan memiliki panjang 28 cm dan gagang panjang 18 cm. Gagangnya dilapisi kayu mahoni yang berwarna gelap, seperti warna kayu ulin.

Singgih menceritakan, bahan baku baja pisau itu mesti lebih tinggi dari biasanya. Proses pembuatannya perlu kehati-hatian. Mata pisau tidak boleh cacat. Karenanya, logam yang digunakan bukan baja biasa.

Singgih menggunakan baja Bohler K110 yang memiliki kandungan baja dan kromium yang tinggi.   

Jenis baja menentukan hasil. Kebanyakan baja yang dipakai untuk membuat pisau adalah baja biasa, paling banyak per mobil. Hasilnya tentu beda dengan baja berkualitas tinggi.

Singgih meraba mata pisau dengan ujung kuku jempolnya. Mata pisau dari baja biasa kadang terasa tidak rata. Akibatnya, kata Singgih, gajih akan tersangkut dan menumpuk di mata pisau yang tidak rata itu.

Orang yang bertugas menyembelih hewan pun terpaksa harus mengasah lebih sering dan kerja jadi lebih keras.

Ini berbeda dengan nesmuk dari K110 bikinan Singgih. Mata pisau itu halus dan tidak terasa ada kerusakan. Menyayat daging pun diyakini akan lebih mudah karena lemak tidak menumpuk di mata pisau.

Pengerjaan pisau pesanan khusus ini tidak bisa dalam waktu singkat. Singgih menceritakan, dirinya memerlukan satu bulan pengerjaan mulai dari sepakat hingga siap kirim.

Pasalnya, Singgih juga bekerja dalam sebuah industri kecil menengah bersama dengan tim lain untuk terus menghasilkan puluhan pisau jelang lebaran kurban.

“Kalau hari biasa cukup 2 minggu. Sekarang bisa satu bulan mengerjakannya,” kata Singgih.

Permintaan pisau tradisional dan sejenisnya memang meningkat menjelang Idul Adha. Tidak hanya Singgih.

Sebagai sentra pandai besi, banyak pula yang menerima order khusus serupa jelang hari raya kurban. Harga pisau khusus itu tergantung tawar menawar pada tiap perajinnya.

Ketua Bina Karya, Sukisman, 46 tahun, mengungkapkan, hal ini dilakukan lantaran masing-masing pandai besi juga memiliki bengkel rumahan sendiri-sendiri.

Mereka tidak hanya mampu menghasilkan pisau klasik, tetapi juga pisau seni hingga pajangan.

“Mereka memiliki tungku masing-masing di rumah. (Mereka pun bisa memenuhi) pesanan spesial, bahan baku spesial, penggarapan bisa menghasilkan pisau berkualitas, dan menggaransi. Hasil pisaunya itu tidak berkarat bahkan satu dua tahun,” kata Sukisman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com