Salin Artikel

Kisah Pandai Besi Ciptakan Pisau Khusus untuk Sembelih Hewan Kurban

KULON PROGO, KOMPAS.com – Hari Raya Idul Adha 1440 H/2019 tinggal menghitung hari. Pesanan pisau untuk menyembelih, memotong, menguliti, maupun menyayat daging pun melimpah.

Tak hanya pisau biasa seperti yang mudah ditemui di pasar dan swalayan, pisau dengan jenis khusus pun meningkat pesanannya.

Singgih Nurrahmat, 30 tahun, menyarungkan bilah sepanjang 28 cm ke dalam sarung yang terbuat dari kayu mahoni hitam.

Bilah itu jenis nessmuk (nesmuk), pisau klasik yang biasa dipakai untuk kegiatan alam terbuka.

Bentuk pisau jenis ini ergonomis, lengkungnya seperti mata kapak, bilahnya tajam dan panjang, juga agak mengembang.

Dengan bentuk itu, nesmuk memiliki fungsi lengkap baik mengiris, memotong, sekaligus bisa mencacah.

Singgih menceritakan, fungsi pada nesmuk itu cocok untuk semua kegiatan penyembelihan hewan kurban berlangsung.

Singgih merupakan salah satu perajin bilah muda yang ada di Dusun Klopo X, Desa Bendungan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia menerima pesanan bilah itu jelang Hari Raya Idul Adha, sekitar satu bulan lalu.

“Yang memesan memang mengatakan pisau (nesmuk) ini nanti mau dipakai untuk potong kurban nanti,” kata Singgih di bengkel pande besi Bina Karya, Dusun Klopo X, Jumat (9/8/2019).

Semua berawal lewat jejaring sosial Facebook.

Singgih menceritakan, dirinya terlibat aktif dalam forum komunitas pecinta bilah dalam jejaring itu.

Ramai perbincangan di sana, baik saling berbagi informasi tentang jenis bilah yang terus berkembang, maupun calon pembeli yang tertarik memesan.

Singgih bertemu dengan pelanggannya via FB, saling bertukar gambar jenis pisau, lantas berlanjut ke perbincangan yang lebih intens via Whatsapp. Itu pisau jenis nesmuk.

“Customer saya mau bikin pisau ini. Biasanya memang selalu ada (pemesan) jelang hari raya kurban,” kata pemuda yang sudah 8 tahun bergulat di dunia pande besi ini.

Bilah yang diinginkan memiliki panjang 28 cm dan gagang panjang 18 cm. Gagangnya dilapisi kayu mahoni yang berwarna gelap, seperti warna kayu ulin.

Singgih menceritakan, bahan baku baja pisau itu mesti lebih tinggi dari biasanya. Proses pembuatannya perlu kehati-hatian. Mata pisau tidak boleh cacat. Karenanya, logam yang digunakan bukan baja biasa.

Singgih menggunakan baja Bohler K110 yang memiliki kandungan baja dan kromium yang tinggi.   

Jenis baja menentukan hasil. Kebanyakan baja yang dipakai untuk membuat pisau adalah baja biasa, paling banyak per mobil. Hasilnya tentu beda dengan baja berkualitas tinggi.

Singgih meraba mata pisau dengan ujung kuku jempolnya. Mata pisau dari baja biasa kadang terasa tidak rata. Akibatnya, kata Singgih, gajih akan tersangkut dan menumpuk di mata pisau yang tidak rata itu.

Orang yang bertugas menyembelih hewan pun terpaksa harus mengasah lebih sering dan kerja jadi lebih keras.

Ini berbeda dengan nesmuk dari K110 bikinan Singgih. Mata pisau itu halus dan tidak terasa ada kerusakan. Menyayat daging pun diyakini akan lebih mudah karena lemak tidak menumpuk di mata pisau.

Pengerjaan pisau pesanan khusus ini tidak bisa dalam waktu singkat. Singgih menceritakan, dirinya memerlukan satu bulan pengerjaan mulai dari sepakat hingga siap kirim.

Pasalnya, Singgih juga bekerja dalam sebuah industri kecil menengah bersama dengan tim lain untuk terus menghasilkan puluhan pisau jelang lebaran kurban.

“Kalau hari biasa cukup 2 minggu. Sekarang bisa satu bulan mengerjakannya,” kata Singgih.

Permintaan pisau tradisional dan sejenisnya memang meningkat menjelang Idul Adha. Tidak hanya Singgih.

Sebagai sentra pandai besi, banyak pula yang menerima order khusus serupa jelang hari raya kurban. Harga pisau khusus itu tergantung tawar menawar pada tiap perajinnya.

Ketua Bina Karya, Sukisman, 46 tahun, mengungkapkan, hal ini dilakukan lantaran masing-masing pandai besi juga memiliki bengkel rumahan sendiri-sendiri.

Mereka tidak hanya mampu menghasilkan pisau klasik, tetapi juga pisau seni hingga pajangan.

“Mereka memiliki tungku masing-masing di rumah. (Mereka pun bisa memenuhi) pesanan spesial, bahan baku spesial, penggarapan bisa menghasilkan pisau berkualitas, dan menggaransi. Hasil pisaunya itu tidak berkarat bahkan satu dua tahun,” kata Sukisman.

“Baru saja ada yang mengambil harga pisau Rp 700.000 (1 buah bilah),” kata Sukisman.

Meningkat 200 persen

Produksi pisau memang meningkat jelang Idul Adha. Omset pandai besi meningkat dua kali lipat dibanding hari-hari biasa.

Sebagian besar pisau yang dipesan adalah pisau penyembelih hewan, pisau kelet, kapak atau bapang khusus untuk memotong tulang. Pisau-pisau pesanan itu tidak hanya untuk memenuhi pasar di Yogyakarta, tetapi hingga luar DIY.

Setidaknya ada 25 industri kecil menengah atau skala rumahan di Klopo X.

Sukisman salah satu IKM itu. Ia mengatakan, dirinya bisa menerima pesanan 50 bilah jelang lebaran, terdiri 40-50 pisau biasa. Pisau khusus menyembelih 10 pisau dan 5 mata kapak, tiap hari belakangan ini.

Harganya beragam dari Rp 140.000 sampai 200.000 untuk pisau penyembelih. Sedangkan pisau kelet 35.000 dan kapak sekitar Rp 60.000. “(Omset) bisa naik 200 persen,” kata Sukisman.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/09/21464981/kisah-pandai-besi-ciptakan-pisau-khusus-untuk-sembelih-hewan-kurban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke