Soal buku tabungan yang diambil di rumah, kartu ATM-nya dipegang oleh anak Anna. Untuk melancarkan aksinya, pelaku mengajak Anna membuat surat kehilangan ke kantor polisi.
Surat keterangan hilang inilah yang dibawa ke bank untuk mencairkan semua tabungan dan deposito Anna.
"Perempuan itu, selalu mendampingi korban mulai dari mengambil buku tabungan di rumah, ke bank dan kantor polisi. Sepertinya para pelaku sangat lihai memainkan perannya," ucap Rumintang.
Diceritakan Rumintang, modus yang sama juga dilakukan para pelaku kepada korban Tredum Ginting.
Setelah mengirimkan uang kepada anaknya, korban ke luar dari bank dan ditemui seorang perempuan yang menyapa dan berbasa-basi seolah-olah sudah mengenal lama korban.
Tak lama datang laki-laki mengaku pegawai bank dan mengajaknya masuk ke mobil. Percakapan soal investasi dollar yang sangat menguntungkan akan didapat korban kalau dia mengambil semua tabungannya.
Entah tertarik atau terhipnotis, korban mengambil uangnya di Bank Permata cabang Iskandar Muda, sebanyak Rp 160 juta pun lenyap.
Cara meninggalkan korbannya pun sama, Tredum diajak membeli buah ke pasar Setiabudi, pelaku memberikan uang Rp 300.000 kepadanya. Saat korban asyik berbelanja, pelaku kabur.
"Kejadian ini sering terjadi di Kota Medan, kami harap polisi tidak membiarkannya karena dianggap kejadian biasa dan tidak perlu diperjuangkan. Uang yang dirampas pelaku adalah uang yang dikumpulkan para korban saat mereka masih muda. Raib dalam sehari..." tutur Rumintang. (MEI LEANDHA)
Baca juga: Sindikat Penipuan dan Hipnotis Hantui TKI di Sarawak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.