Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Tangkuban Parahu, 42 Warga Cikole Alami Gangguan Pernapasan

Kompas.com - 27/07/2019, 17:57 WIB
Putra Prima Perdana,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Peristiwa erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada Jumat (26/7/2019) dipastikan tidak menyebabkan adanya korban jiwa.

Namun demikian, menurut Kepala Desa (Kades) Cikole, Kecamatan Lembang, Jajang Ruhiyat, sejumlah warganya mengalami gangguan pernapasan.

“Warga Desa Cikole banyak yang mengalami gangguan pernapasan. Tercatat ada 42 warga,” kata Jajang saat ditemui di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (27/7/2019).

Baca juga: Debu Vulkanik yang Selimuti Bibir Kawah Tangkuban Parahu Dibersihkan

Jajang menambahkan, warga yang mengalami gangguan pernapasan kebanyakan adalah pedagang yang berjualan di TWA Gunung Tangkuban Parahu.

“Mereka mendapat perawatan di Puskesmas Cikole dan Poliklink Sespim Polri. 42 orang total dari dua tempat itu,” ungkapnya.

Jajang menambahkan, pihaknya saat ini masih terus memperbaharui informasi terkait kondisi Gunung Tangkuban Parahu. Dia khawatir aktivitas vulkanik yang cukup tinggi kembali terjadi.

“Ternyata statusnya masih normal. Tapi saya mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dalam kondisi seperti ini karena potensi erupsi masih ada,” tuturnya.

Baca juga: Tangkuban Parahu Erupsi, Warganet Masih Mencari Sosok Sutopo

Bagian kap mobil terkena abu akibat erupsi Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat, Jumat (26/7/2019).Dok BNPB Bagian kap mobil terkena abu akibat erupsi Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat, Jumat (26/7/2019).

Ditanya soal kesiapan evakuasi, Jajang mengatakan pihaknya sudah menyiapkan lokasi yang terbilang aman untuk warganya apabila Gunung Tangkuban Parahu meletus lebih hebat dari sebelumnya.

“Titik pengungsuian sudah ditetapkan pada tahun 2012 dan 2014. Titik evakuasinya di lapangan Brimob sama di  lapangan Desa Cikole,” tandasnya.

Ditutup

Polda Jawa Barat resmi menutup sementara kunjungan ke TWA Gunung Tangkuban Parahu, baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara, pasca-erupsi yang terjadi pada Jumat (26/7/2019) sore.

Baca juga: Kapolda Jabar: TWA Tangkuban Parahu Ditutup Tiga Hari

Keputusan penutupan tersebut dikeluarkan oleh Kepala Polda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriadi saat meninjau Kawah Ratu yang merupakan lokasi utama wisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu, Sabtu (27/7/2019).

“Kami sudah melihat kondisi saat ini dan setelah mendengar masukan dari seluruh stakeholder kami memutuskan untuk tiga hari ini tidak boleh ada pengunjung,” kata Rudy, Sabtu pagi.

Baca juga: Debu Vulkanik Selimuti Kawasan Tangkuban Parahu, Ini Foto-fotonya...

Rudy menambahkan, setelah tiga hari, TWA Gunung Tangkuban Parahu belum tentu dibuka. Menurut dia, jika belum memungkinkan, larangan kunjungan bisa jadi diperpanjang.

“Kami akan melihat perkembangan tiga hari ke depan walau sudah ada dasarnya dari PVMBG bahwa statusnya masih normal dan rekomendasi tidak boleh mendekati 500 meter dari bibir kawah,” tuturnya.

Salah satu pertimbangan penutupan kunjungan ke TWA Gunung Tangkuban Parahu, menurut Rudy, adalah masih tebalnya debu-debu vulkanik hasil erupsi.

Baca juga: Tangkuban Parahu Erupsi, Hingga Saat Ini Masih di Level I Normal

Meski pihak pengelola PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) bersikukuh akan tetap membuka loket kunjungan dengan ketentuan pengunjung hanya diperbolehkan sampai terminal Jayagiri, Rudy tetap melarang pengunjung untuk datang.

“Tidak boleh masuk dari bawah. Kami bisa lihat debunya luar biasa, harus dibersihkan dulu,” katanya.

Baca juga: Wagub Jabar Tegaskan Tangkuban Parahu Ditutup Sementara

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT GRPP selaku pengelola TWA Gunung Tangkuban Parahu, Putra Kaban, terpaksa menerima penutupan tersebut.

“Semua punya niat baik, jadi enggak salah kalau kami ikuti,” ujarnya.

Putra Kaban menambahkan, pihaknya saat ini tidak memikirkan terkait untung rugi. “Bukan kerugian yang kami utamakan, tapi keselamatan pengunjung paling utama. Tapi kami lihat, sekarang sudah tenang,” katanya.

Kompas TV Sebaran debu vulkanik letusan Gunung Tangkuban Perahu menurut prakiraan cuaca sesuai data satelit himawari milik Badan Meteologi Klimitologi dan Geofisika tidak terdeteksi.<br /> <br /> Tidak terdeteksinya sebaran debu vulkanik ini, menurut BMKG kemungkinan disebabkan tertutup awan tinggi, dan sebaran debu yang tipis, atau ketinggiannya tidak mencapai batas deteksi saltelit. BMKG juga menyatakan, untuk aktivitas penerbangan yang melewati kawasan Gunung Tangkuban Parahu, tidak terganggu dengan sebaran debu.<br /> #TangkubanPerahuMeletus #TangkubanPerahuErupsi #TangkubanPerahu2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com