Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Laila-Laili, Si Kembar Lumpuh yang Dibesarkan Penjual Karak

Kompas.com - 19/07/2019, 07:00 WIB
Achmad Faizal,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Sulikah sendiri adalah seorang janda 1 anak. Namun, anaknya sudah meninggal sejak bayi.

Sulikah bukan orang berada, untuk membiayai hidup bertiga, Sulikah mengandalkan hasil penjualan karak (nasi basi yang dikeringkan) pemberian para tetangga.

"Dari sekilo karak, saya bisa mendapat uang Rp 2.000, itu pun tidak setiap hari," ujar dia.

Sulikah sebelumnya pernah berjualan krupuk dengan mengirimnya ke warung-warung, namun setahun terakhir dia berhenti karena kakinya tidak kuat lagi digunakan untuk beraktivitas.

Praktis, untuk membiayai hidup kedua keponakannya, dia hanya mengandalkan hasil penjualan karak dan dana sosial pemberian orang lain.

Laila dan Laili disebut menderita sakit sejak masih usia 7 bulan. Kata Sulikah, saat itu Laili dibawa ke rumah sakit karena kaki kirinya bengkak.

"Saya tidak tahu nama penyakitnya, kata orang epilepsi," terang Sulikah.

Yang dia ingat, urat salah satu kaki Laili bermasalah karena posisinya memutar. Karena Laili sakit, Laila pun ikut-ikutan sakit.

Sejak saat itu, dia bersama almarhum adiknya harus bolak-balik ke RSU dr Soetomo untuk memeriksakan si kembar.

Baca juga: Bayi Kembar Siam di Bali, Dirawat di Rumah Sakit yang Berbeda dengan Ibunya

Penyakit si kembar menjalar, bahkan dokter sampai memeriksa pendengaran, penglihatan hingga rekam otak. "Kami habis banyak, semua perabotan rumah habis dijual," ujar dia.

Bukan hanya pengobatan medis yang ditempuh, pengobatan alternatif juga ditempuhnya sampai ke luar kota.

"Ke mana pun orang mengarahkan, kami berangkat, bahkan kami sampai pernah ke dukun cilik Ponari di Jombang," ucap Sulikah.

Namun, usahanya tersebut tetap tidak menuai hasil. Kini, Sulikah pasrah, hanya vitamin dari puskesmas yang terus diberikan kepada Laila dan Laili sebagai ikhtiar pengobatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com