Salin Artikel

Cerita Laila-Laili, Si Kembar Lumpuh yang Dibesarkan Penjual Karak

SURABAYA, KOMPAS.com - Si kembar Nur Laila dan Nur Laili, terlihat sedang berbaring di rumah kontrakannya di Jalan Srengganan III Surabaya, Rabu (17/7/2019) sore.

Sulikah (52) tidur di bawah bersama Laili, sementara Laila berada di atas tempat tidur ukuran kecil yang penuh dengan perabotan rumah tangga.

Sulikah dan kedua keponakannya tersebut tinggal di ujung gang sempit. Jalan masuk ke kontrakan berukuran 3x3 meter tersebut harus melewati bagian belakang rumah tetangganya.

Nur Laila dan Nur Laili adalah gadis kembar yatim piatu berusia 15 tahun yang mengalami lumpuh sejak balita. Keduanya juga tunawicara.

Setiap hari, Laila dan Laili hanya berbaring di lantai dan tempat tidur. Untuk duduk dan menegakkan tubuh saja, Laila dan Laili tidak sanggup.

"Ya, begini setiap harinya, saya harus menyuapi makan, memandikan dan menemani menonton televisi. Kalau cuaca bagus, pagi-pagi saya ajak keluar ke depan pakai 2 kursi roda," kata Sulikah.

Di kontrakan tersebut, hanya sebuah televisi dan sebuah akuarium yang menghibur Laili dan Laila. "Mereka suka nonton acara televisi, suka nonton acara Ayu Ting Ting, dan Upin Ipin," terang dia.

Sulikah sangat menyayangi kedua keponakannya tersebut. Dia berjanji akan setia merawatnya Laila dan Laili sekuat tenaga dan sebisanya.

"Saya terus berdoa agar saya diberi umur panjang untuk bisa merawat mereka berdua sampai tutup usia," ucapnya berkaca-kaca.

Meski bukan ibu kandungnya, Sulikah seperti orangtua bagi Laila dan Laili. Meski tidak bisa berkomunikasi, Sulikah menjadi tahu kesenangan dan karakter keduanya.

"Kalau Laili ini pemarah, kalau Laila tidak," ungkap dia.

Soal menu makan sehari-hari, Sulikah juga sangat paham selera keduanya, dan bagaimana cara menawarkan menu makanan.

"Cara menawarkan menu makanan disebut satu-persatu, kalau tertawa berarti suka," kara Sulikah.

Hidup dari karak

Laili dan Laila adalah putra kelima Supini, kakaknya yang meninggal dunia 3 tahun lalu. Towi, suami Supini juga meninggal setahun yang lalu karena sakit.

Sulikah sendiri adalah seorang janda 1 anak. Namun, anaknya sudah meninggal sejak bayi.

Sulikah bukan orang berada, untuk membiayai hidup bertiga, Sulikah mengandalkan hasil penjualan karak (nasi basi yang dikeringkan) pemberian para tetangga.

"Dari sekilo karak, saya bisa mendapat uang Rp 2.000, itu pun tidak setiap hari," ujar dia.

Sulikah sebelumnya pernah berjualan krupuk dengan mengirimnya ke warung-warung, namun setahun terakhir dia berhenti karena kakinya tidak kuat lagi digunakan untuk beraktivitas.

Praktis, untuk membiayai hidup kedua keponakannya, dia hanya mengandalkan hasil penjualan karak dan dana sosial pemberian orang lain.

Laila dan Laili disebut menderita sakit sejak masih usia 7 bulan. Kata Sulikah, saat itu Laili dibawa ke rumah sakit karena kaki kirinya bengkak.

"Saya tidak tahu nama penyakitnya, kata orang epilepsi," terang Sulikah.

Yang dia ingat, urat salah satu kaki Laili bermasalah karena posisinya memutar. Karena Laili sakit, Laila pun ikut-ikutan sakit.

Sejak saat itu, dia bersama almarhum adiknya harus bolak-balik ke RSU dr Soetomo untuk memeriksakan si kembar.

Penyakit si kembar menjalar, bahkan dokter sampai memeriksa pendengaran, penglihatan hingga rekam otak. "Kami habis banyak, semua perabotan rumah habis dijual," ujar dia.

Bukan hanya pengobatan medis yang ditempuh, pengobatan alternatif juga ditempuhnya sampai ke luar kota.

"Ke mana pun orang mengarahkan, kami berangkat, bahkan kami sampai pernah ke dukun cilik Ponari di Jombang," ucap Sulikah.

Namun, usahanya tersebut tetap tidak menuai hasil. Kini, Sulikah pasrah, hanya vitamin dari puskesmas yang terus diberikan kepada Laila dan Laili sebagai ikhtiar pengobatan.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/19/07000011/cerita-laila-laili-si-kembar-lumpuh-yang-dibesarkan-penjual-karak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke