Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hariyani, Seorang Diri Mengasuh 3 Cucunya yang Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 28/06/2019, 12:06 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

Sementara kondisi Rizky tak jauh beda dengan kakaknya. Ia lebih banyak diam dan menonton tivi walaupun sebelah matanya buta.

Sesekali dia juga menyalakan speaker aktif kecil yang untuk mendengarkan radio yang memutar musik dangdut.

“Kalau sudah dengar musik dangdut tangan Rizky itu bergerak mukul meja menirukan ketipung dangdut. Kadang saya larang soalnya ribut,” ucap Hariyani.

Sementara Danang, cucu ketiganya penyandang tuna netra dirawat di sebuah panti asuhan dan bersekolah di salah satu SD di Madiun.

Danang menurut Hariyani, memiliki keahlian bermain kibor piano.

“Dia pandai main piano, rencananya selepas SD nantinya dia mau sekolah memijat di Malang,” ujar Hariyani.

Dua minggu sekali Danang biasanya pulang dan berkumpul dengan mereka.

Baca juga: Pamit Bakar Tebon, Nenek 60 Tahun Tewas Terpanggang

Menurut Hariyani Jika pulang, ketiga kakak beradik tersebut selalu kompak, bahkan soal buang air besar.

"Mereka kompak. Enggak mau makan, nggak mau semua.  Kalau mau buang air besar, semua mau buang air besar. Kalau dilarang nyalakan televisi, semua pada diam,” katanya.

Di usianya yang ke-20, menurut Hariyani, Dewi mengalami perubahan baik pola makan dan menstruasi.

Hariyani mengaku cucunya  tersebut sekarang tidak lagi menstruasi sejak usai 18 tahun dan buang air besar hanya seminggu sekali.

“Sempat khawatir, sampai nanya dokter di perkumpulan FKG dari Solo. Katanya nggak apa-apa. Mungkin ini cara Tuhan meringankan beban,” katanya.

Merawat dua orang dengan kebutuhan khusus, Hariyani mengaku paling lama tidur hanya 4 jam. Ia harus bangun jam 3 dini hari untuk mencuci pakaian, memasak, dan menyiapkan jualan

Baca juga: Nenek 69 Tahun Ditemukan Meninggal di Kawasan Gunung Bancak

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Hariyani menjadi tenaga kebersihan di salah satu TK dan juga berjualan jajanan.

“Puasa kemarin tidur hanya 2 jam. Mereka juga berpuasa, kalau dilarang mereka nangis. Jadi sahur dan berbuka ya menyuap mereka,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com