Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Hari Vitiligo Pertama di Indonesia Digelar di Kota Bandung

Kompas.com - 26/06/2019, 13:03 WIB
Agie Permadi,
Rachmawati

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) memperingati Hari Vitiligo yang jatuh pada tanggal 25 Juni 2019.

Peringatan yang bertepatan dengan meninggalnya Michael Jackson sebagai ikon vitiligo dunia ini, menjadi peringatan yang pertama kali digelar di Indonesia yang bertempat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Peringatan ini digelar karena jumlah pasien vitiligo semakin banyak, sehingga dokter dan keluarga pasien penyakitsemakin peduli dengan dampak vitiligo

Sejak tahun 2011 setiap tanggal 25 Juni diperingati sebagai Hari Vitiligo Sedunia.

Baca juga: Lastri Penderita Kelainan Autoimun Berjuang Ikut UN demi Cita-cita Jadi Pengusaha di Desanya (2)

Untuk tahun 2019 ini peringatan Hari Vitiligo Sedunia dipusatkan di Kota Hanoi, Vietnam yang diselenggarakan oleh perkumpulan dokter spesialis kulit dan kelamin Vietnam.

"Dan pada tahun ini dengan menggandeng PERDOSKI, kami turut memperingati pertama kali di Indonesia," kata perwakilan Perdoski dr Diah Puspitosari di RSHS Bandung, Senin (25/6/2019).

Kota Bandung pun dipilih karena berdasarkan data, terdapat banyak pasien vitiligo di Kota Bandung dan banyak pasein yang berobat ke RS Hasan Sadikin Bandung karena memiliki fasilitas foto terapi.

Selain itu, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran pun aktif dalam melakukan penelitian, pengobatan, dan pengabdian kepada masyarakat terkait vitiligo. Bahkan topik terakhir yang diteliti saat ini adalah peran vitamin D dalam pengobatan vitiligo.

Saat memperingati Hari Vitiligo Sedunia tahun 2019 ini juga diadakan kick off pembentukan perkumpulan pasien dan keluarga vitiligo yang diadakan di Bandung.

"Nama perkumpulan ini ialah 'Viti HOPE' yang merupakan singakatan dari 'Vitiligo: Happy-Optimist-Pray-Empathy' Nama ini dipilih karena pasien vitiligo harus tetap bahagia dan optimis dengan keadaannya, seraya tetap berdoa dan berempati dengan sesama pasien vitiligo," kata Diah.

Baca juga: Perjuangan Lastri Penderita Kelainan Autoimun Ikut UN Sambil Berbaring (1)

Ia beraharap dengan adanya peringatan ini membuat pasien, keluarga, dokter, dan paramedis semakin kompak menghadapi penyakit vitiligo. Sekaligus untuk penggalangan dana penelitian vitiligo serta berbagai kegiatan yang terkait vitiligo.

"Pembentukan perkumpulan pasien-keluarga vitiligo sangat berperan dalam kemajuan penelitian vitiligo yang diharapkan dapat memberikan kemajuan bagi pengobatan vitiligo," katanya.

Selain itu, dengan adanya perkumpulan ini, para pasien dan keluarganya dapat saling berbagi, menguatkan, dan memberikan rasa aman dan nyaman, bahwa pasien vitiligo tidak sendiri. Mereka tidak dikucilkan atau dianggap aneh, sehingga dapat hidup lebih bahagia, optimis, dan meningkatkan kualitas hidupnya," imbuhnya.

Mengenal Vitiligo

Sementara itu Kadiv Dermatologi Anak RSHS Bandung DR dr Reiva Farah Dwiyana menjelaskan bahwa vitiligo atau corob dalam Bahasa Sunda merupakan kelainan pigmentasi kulit yaitu hilangnya sel penghasil pigmen (melanosit) karena berbagai hal yang menyebabkan tidak terbentuknya zat warna, sehingga kulit pasien vitiligo akan tampak putih seperti kapur atau susu, yang disebut dengan depigmentasi.

"Penyakit ini terjadi 0,5-2% pada populasi di seluruh dunia. Angka yang cukup tinggi," kata Reiva dalam keterangan tertulisnya.

Vitiligo sendiri merupakan penyakit kekurangan pigmen (acquired depigmentation disorder) yang terbanyak di antara penyakit hipopigmentasi lainnya. Berbeda dengan albino yang bersifat diturunkan (inheridited), vitiligo tidak diturunkan secara langsung, namun ada faktor genetik yang memengaruhinya.

Sekitar 50% awitan vitiligo terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan 60 % dari golongan itu timbul pada masa kanak-kanak.

"Apabila vitiligo muncul pertama kali pada masa kanak-kanak disebabkan karena faktor genetik yang berhubungan dengan autoimun. Karena 20-30 % pasien autoimun memiliki gen yang saling terkait dan akan memengaruhi timbulnya penyakit autoimun lain, baik pada pasien itu sendiri maupun pada keturunannya," terangnya.

Baca juga: 13 Warga Bangka Terjangkit Penyakit Kaki Gajah

Ia menjelaskan penyakit autoimun sendiri termasuk penyakit yang mulai popular di masyarakat awam dengan merebaknya penyakit lupus. Sebenarnya golongan penyakit ini sudah lama diketahui, namun baru terdapat awareness, baik pada kalangan medis maupun masyarakat awam pada beberapa dekade terakhir.

"Penyakit autoimun terjadi karena kesalahan sistem kekebalan tubuh atau imunologi dalam mengenal bagian tubuhnya sendiri dengan menganggap sebagai musuh dan akhirnya 'diserang' hingga timbul penyakit. Pada vitiligo, yang 'dianggap musuh' adalah melanosit," jelasnya.

Penyakit autoimun yang sering terjadi bersamaan dengan vitiligo ialah hipotiroid, diabetes melitus tipe 1, dan lain-lain. Selain karena autoimun, vitiligo juga bisa disebabkan karena zat kimia, stres-oksidatif, dan gangguan neurokimia.

"Vitiligo tidak menular, tidak berbahaya, tidak menimbulkan kematian, dan kaitannya dengan penyakit sistemik non-autoimun masih diselidiki," katanya.

Baca juga: Kisah Bocah Penderita Autoimun Penggemar Tito Karnavian...

Namun demikian karena bentuk kelainan kulit yang khas dan mencolok mata, terutama bila di daerah yang terekspos misalnya wajah dan tangan, serta perjalanan penyakit yang cenderung cepat dan progresif, maka vitiligo acapkali membuat resah penderita dan keluarganya.

"Hal ini menimbulkan kekhawatiran, perasaan minder, malu, menarik diri dari lingkungan, yang berujung dengan penurunan kualitas hidup," kata Reiva.

Penyakit vitiligo ini merupakan salah satu penyakit kulit tertua di muka bumi, selain lepra. Tetapi hingga saat ini pengobatannya belum ada yang sangat memuaskan. karena kompleksnya patogenesis penyakit ini.

Pengobatan vitiligo saat ini sudah memasuki tahap yang menggembirakan yaitu dengan dimulainya uji klinis obat agen biologik yang diharapkan dapat mengatasi kebuntuan terapi vitiligo.

"Namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun penelitian hingga dapat diterapkan pada manusia. Saat ini pengobatan vitiligo yang cukup efektif ialah dengan obat yang dioles, fototerapi, serta obat yang diminum sebagai tambahan. Semuanya memberikan hasil yang bervariasi pada tiap-tiap individu," katanya.

Satu hal yang penting, katanya melanjutkan, bahwa vitiligo dapat dicegah. Stres sangat berpengaruh pada vitiligo dan cenderung dengan makin luasnya lesi vitiligo. Pasien yang semakin stres maka vitiligo makin banyak.

Baca juga: Bawakan Obat, Istri Mustofa Nahrawardaya Sebut Suaminya Derita 3 Penyakit Ini

"Oleh karena itu, pasien vitiligo tidak boleh stress," pungkasnya.

Selain itu, ada yang disebut dengan 'Fenomena Koebner”, yaitu kelainan kulit vitiligo baru yang akan muncul pada daerah yang terkena tekanan berulang atau luka/trauma tajam.

Misalnya orang yang menggunakan jam tangan terlalu ketat, sandal jepit, menggosok-gosokan handuk ke punggung, dan lain-lain. Pada daerah trauma tumpul tersebut akan timbul kelainan vitiligo yang baru.

Trauma tajam berupa jatuh, tergores, luka, dan lain-lain juga akan menimbulkan kelainan kulit baru. Sinar matahari yang berlebihan pun akan merangsang timbulnya vitiligo.

"Vitiligo tidak memandang usia, jenis kelamin dan status sosial seseorang. Siapa pun bisa terkena, termasuk Michael Jackson, sang Raja Pop. Ia terkena vitiligo dari awal tahun 1980-an pada tangannya, sehingga ia sering menggunakan sarung tangan pada berbagai kesempatan pentas, hingga dikenal sebagai ciri khasnya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com