Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lastri Penderita Kelainan Autoimun Berjuang Ikut UN demi Cita-cita Jadi Pengusaha di Desanya (2)

Kompas.com - 03/04/2018, 10:00 WIB
Markus Yuwono,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANTUL, KOMPAS.com — Lastri Lestari (17), siswi kelas XII Teknik Audio Video (TAV) SMKN 1 Pundong, Bantul, Yogyakarta, tak bisa beraktivitas seperti biasa karena menderita idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) sejak September 2017.

Tulang pinggul ke bawahnya tidak bisa digerakkan.

Namun, dia tetap semangat mengikuti ujian nasional di sekolahnya yang dimulai pada Senin (2/4/2018).

Di atas tempat tidur, dia mempersiapkan diri dibawa ke sekolah dengan ambulans dan menjalani UN pula di atas tempat tidur sambil tiduran.

(Baca juga: Perjuangan Lastri Penderita Kelainan Autoimun Ikut UN Sambil Berbaring (1))

Lastri hanya berharap bisa menyelesaikan ujian dan lulus, lalu menjalani pengobatan untuk sembuh. Cita-citanya menjadi pengusaha video shooting di desanya sesuai dengan bidang yang saat ini ditempuhnya, yaitu TAV.

"Insya Allah ingin menjadi pengusaha, punya video shooting," imbuhnya.

Sementara itu, sang ibu, Sutiyem, mengatakan, anaknya menjalani pengobatan akibat penyakit ITP sejak November 2017.

"Mungkin sedang dicoba (ujian oleh Tuhan), Mas," ucapnya lirih.

Lastri Lestari (17), siswi SMK N 1 Pundong, Bantul, Yogyakarta, mengikuti ujian nasional di ruang OSIS bertemu dengan gurunya.Kompas.com/Markus Yuwono Lastri Lestari (17), siswi SMK N 1 Pundong, Bantul, Yogyakarta, mengikuti ujian nasional di ruang OSIS bertemu dengan gurunya.
Setiap hari bersama anak-anak lainnya, Lastri terus berupaya menggugah semangat anaknya dengan memberikan motivasi agar semangat dalam menjalani hidup meski dilalui dengan berbagai halangan dan rintangan.

"Setiap hari hanya tiduran seperti itu, kalau mandi dilap dan menggunakan diaper," tambah Sutiyem.

Kakak Lastri, Ani Suryani (24), menambahkan, adiknya awalnya menderita gusi bengkak lalu diperiksa di puskesmas. Setelah dicek, trombositnya hanya 5.000 dan jauh di bawah batas manusia normal yang minimal 150.000.

Dia pun dibawa berobat ke RSUP dr Sardjito lalu diberikan obat yang setiap hari harus diminum sebanyak 10 tablet dengan komposisi pagi 4, siang 4, dan malam 3. Namun, tak dinyana ternyata efek obat terjadi osteoporosis atau pengroposan tulang.

"November (2017) mulai kesulitan bergerak pinggul ke bawah. Akhirnya pada Desember mulai tidak bisa jalan," ungkapnya.

Pihak keluarga kemudian memindahkan pengobatan ke RSUD Panembahan, Senopati, Bantul. Sudah beberapa kali Lestari menjalani perawatan di sana. Rencananya, setelah ujian selesai, Lastri akan kembali menjalani perawatan di RS milik Pemda Bantul itu.

"Semoga saja hasil fisioterapinya bagus sehingga adik saya tidak harus operasi dan cepat sembuh," ungkap Ani.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com