Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tidak Usah Merantau, Jakarta Sudah Sumpek"

Kompas.com - 08/06/2019, 08:05 WIB
Markus Yuwono,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, merupakan salah satu wilayah yang penduduknya merantau ke kota besar di Indonesia.

Dalam catatan salah satu paguyupan perantau, yakni Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG), tercatat kurang lebih 300.000 warga kota itu merantau.

Ketua Umum IKG Eddy Sukirman menyampaikan, pihaknya saat ini tengah melakukan pendataan angka pasti anggotanya yang merantau.

Terbanyak penduduk yang merantaui ke Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Angka ini cukup besar karena dari data sensus penduduk tahun 2014, penduduk Gunungkidul sekitar 700.000 orang.

Menurut dia, sejak berpuluh-puluh tahun silam setiap lulus sekolah baik SD, SMP, hingga SMA banyak yang meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di tanah perantauan.

Kondisi ini disebabkan Kabupaten Gunungkidul sulit mencari pekerjaan saat itu.

"Banyak anak muda lulus sekolah merantau ke kota besar," katanya kepada wartawan seusai syawalan di Bangsal Sewoko Projo, Wonosari, Gunungkidul Jumat (7/6/2019).

Baca juga: Bupati Gunungkidul: Boleh Merantau ke Jakarta, Asal...

Dengan kondisi alam yang terdiri dari batuan dan minim sumber air, menempa jiwa warga untuk gigih berjuang bertahan hidup, hingga terbawa saat bekerja di kota besar. Maka tidak jarang ditemui sejumlah warga Gunungkidul yang menjadi pengusaha besar, karier yang bagus saat menjadi pegawai negri, tetapi tak sedikit yang kurang beruntung saat mengadu nasib.

Namun, dengan kondisi saat ini yaitu perkembangan pariwisata yang meningkat, iklim investasi yang bagus, pihaknya berharap anak muda tidak merantau, tetapi membuka lapangan pekerjaan dengan memanfaatkan kemudahan yang ada saat ini, ataupun bekerja diberbagai sektor yang ada.

"Lebih baik tidak usah merantau, Jakarta sudah sumpek. Penduduknya saja sudah puluhan juta. Saya saja pengen kembali ke sini. Sudah penat rasanya tinggal di kota besar," ucap Eddy.

Baca juga: Baru Seminggu Pulang dari Merantau, Pria Ini Tusuk Istrinya hingga Tewas

Eddy mengatakan, ikatan kuat dengan tanah kelahiran sampai saat ini terus terjalin dengan erat. Terbukti saat terjadi bencana banjir, warga diperantauan memberikan sumbangan mencapai ratusan juta untuk membangun infrastruktur dan memberi bantuan logistik pascabencana.

"Ikatan warga Gunungkidul diperantauan baik sekali. Sampai anak cucu warga Gunungkidul yang lahir di luar Gunungkidul masih mau mengaku warga asli sini," katanya.

Salah seorang warga Gunungkidul yang merantau ke Jakarta, Markus Rukma Prasetyo Hadi (34) mengakui, peluang pekerjaan di Ibu Kota membuatnya memilih menetap di sana.

Dirinya belum berfikir untuk pulang ke desanya di Desa Ngunut, Kecamatan Playen, Gunungkidul.

Meski diakuinya, banyak tawaran bekerja atau membuka usaha di kampung halaman, tetapi kondisi perekonomian di Jakarta menurutnya lebih baik dibandingkan di Gunungkidul.

"Belum mau pulang lagi. Alhamdulillah saat ini karir sedang bagus. Entah besok kalau sudah tua ya, mungkin berfikir untuk pulang," ujarnya.

Dia berharap ke depan Gunungkidul berbenah sehingga bisa menyejahterakan masyarakatnya. Apalagi pariwisata yang selama ini menjadi andalan belum bisa dinikmati seluruh masyarakat.

"Yang saya lihat wisatawan belum menginap ya, hanya sehari lalu pulang. Kalau menginap kan bisa membuka warung makan atau usaha yang lain," katanya.

Sebelumnya, Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan tidak bisa mencegah warganya untuk merantau pasca-Lebaran. Namun demikian, pihaknya berharap kepada warga yang ingin ikut merantau untuk memiliki kemampuan.

Jangan hanya pergi merantau tapi menjadi beban baru di kota tujuan.

"Kalau ke Jakarta untuk mendapatkan penghasilan lebih karena kemampuannya, oke ndak masalah," katanya seusai melakukan pemantauan pos mudik di Simpang Siono, Playen, Sabtu (1/5/2019).

Ia mengatakan Kabupaten Gunungkidul saat ini pariwisatanya sedang berkembang cukup pesat. Masyarakat bisa memanfaatkan potensi masing-masing baik individu maupun daerahnya. Dengan potensi ini masyarakat tidak perlu merantau untuk mendapatkan penghasilan.

Adapun diantaranya membuat kerajinan, makanan tradisional ataupun menjadi bagian dari obyek tujuan pariwisata.

"Sebetulnya masyarakat tidak perlu ke jakarta kalau memiliki kemampuan dengan memanfaatkan perkembangan pariwisata," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, saat ini ada beberapa pabrik besar dari wilayah Jawa Barat sudah pindah, dan ketertarikannya untuk mengalihkan produksinya ke bumi handayani.

Hal ini membuka peluang bagi warga untuk mendapatkan pekerjaan di kampung halaman.

"Saat ini ada pabrik di Semin yang sudah menyerap 500 an tenaga kerja, ke depan akan ditingkatkan menjadi 1.500 orang. Ini peluang bagi masyarakat," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com