Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Aldi Setelah Diluluskan, Kuliah di Fakultas Hukum untuk Bela yang Tertindas

Kompas.com - 27/05/2019, 06:00 WIB
Fitri Rachmawati,
Khairina

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com-Perjuangan Aldi Irpan, mantan siswa kelas XII jurusan IPS SMAN 1 Sembalun, Lombok Timur, yang tidak diluluskan karena bersikap kritis pada kebijakan kepala sekolah, telah berbuah manis.

Kelulusan telah di tangannya kini dan masa depan terhampar di depan mata. Keluarga dan sahabat Aldi tak henti hentinya bersyukur atas kelulusannya.

Keluarga sederhana Aldi menitipkan harapan padanya, kelulusannya akan mengubah kehidupan keluarga menjadi lebih baik.

Baca juga: Akhirnya Diluluskan, Aldi Menangis Lalu Peluk Kepala Sekolah

Dengan adanya ijazah, kesempatan Aldi untuk bekerja akan terbuka, termasuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.

"Kami berterima kasih pada semua yang telah membantu sehingga anak kami Aldi bisa diluluskan sekolah. Kami berharap dia dapat beasiswa, karena untuk biaya kuliah kami belum punya," kata Nuin, ayah Aldi, Minggu (26/5/2019).

Aldi sendiri mengaku sangat lega dan sulit mengungkapkannya dengan kata-kata. Bagi Aldi, apa yang didapatkannya saat ini, surat kelulusan yang sempat tertunda, bukanlah perjuangannya sendiri.

Surat kelulusan ini juga buah dari perjuangan keluarga, warga kampungnya di Desa Sembalun, tim pendampingnya, Ombudsman RI perwakilan NTB, pemerintah (Dikbud NTB) serta guru-guru yang selama ini mendukungnya.

"Guru-guruku terima kasih. Apa yang telah mereka berikan sungguh tak bisa saya lupakan, sangat berharga, saya sangat mencintai mereka," kata Aldi sambil menangis tak bisa lagi melanjutkan apa yang ingin disampaikannya.


Ingin kuliah di Fakultas Hukum

Mendapatkan kelulusan makin menguatkan Aldi untuk bisa masuk Fakultas Hukum seperti yang dicita-citakannya.

Kata Aldi, dengan masuk Fakultas Hukum, akan banyak kesempatan membantu masyarakat yang tertindas.

Komisioner Ombudsman RI Perwakilan NTB Sahabuddin, yang menangani kasus Aldi saat tak lukus, memberi sedikit catatan bahwa Aldi memang memiliki latar belakang yang unik.

Berdasarkan pengakuan Aldi, kata Sahabuddin, selama duduk di bangku SMA Aldi aktif terlibat di organisasi pemuda yang berjuang menjaga tanah Sembalun, termasuk menjaga lahan kekuarganya yang merupakan petani di desa kaki Rinjani itu.

"Nampaknya Aldi ini memiliki keberanian dan sikap kritis terbentuk dari kegiatan di luar sekolah. Nah, sikap kritis ini harusnya diatanggapi positif oleh sekolah dengan tetap memberi bimbingan. Kasus Aldi ini bisa menjadi pelajaran bagi sekolah SMAN 1 Sembalun dan sekolah-sekolah lainnya, agar cara menangani anak anak kritis dengan baik dan sesuai prosedur yang ada, karena sekolah adalah layanan publik bagi pendidikan," kata Sahabuddin.

Baca juga: KPAI Keluarkan 4 Poin Rekomendasi atas Kasus Tidak Meluluskan Aldi

Aldi mengaku sangat ingin melanjutkan pendidikan, tetapi dirinya harus melihat kondisi ekonomi keluarga,

Bagi anak ke 4 dari 6 bersaudara ini, banyak jalan yang bisa ditempuh setelah mendapatkan ijazah nanti.

"Ini nikmat dari Allah SWT, jika Allah tak berkehendak, kita tak akan bisa apa apa. Kenikmatan berupa kelulusan ini membuat saya harus banyak belajar," kata Aldi.

Kini Aldi sudah lulus, tak ada lagi kekhawatiran keluarga sederhana Aldi. Mereka tetap memberi semangat padanya, meskipun kemungkinan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi belum pasti karena kendala biaya. Orang tua Aldi tetap berupaya agar anaknya bisa kuliah.


Sosok panutan di sekolah

Kompas.com berkesempatan mengikuti Aldi saat menjemput harapan, menerima surat kelulusannya, Sabtu (25/5/2019) kemarin.

Di sekolah, hampir semua mengenal Aldi. Begitu tiba di sekolah, semua siswa SMAN 1 Sembalun menyambutnya, Aldi nampaknya sangat dekat dan menjadi sahabat bagi rekan rekan di sekolahnya. Mulai dari siswa kelas X sampai kelas XII, hampir semua mengenal Aldi.

Bagi rekan-rekannya, Aldi adalah anak yang aktif, baik dan disiplin. Mereka pun sempat sedih ketika Aldi dinyatakan tak lulus. Setelah keputusan itu berubah, hampir semua rekan rekannya menyambut bahagia.

"Saya kawannya Aldi, saya kelas XI sekarang, tetapi saya sering bersama Aldi. Katanya dia dinyatakan lulus hari ini, saya senang sekali, karena dia kakak kelas yang baik," kata Dito, siswa kelas XI di SMAN 1 Sembalun.

Baca juga: KPAI Temukan Kejanggalan Sekolah Terkait Ketidaklulusan Aldi

 Ro'iyah, siswa lainnya juga mengaku mengenal baik Aldi. Diimata kawan kawan adalah sosok panutan, contoh karena selau sopan, berpakaian rapi, displin dan suka membantu kesulitan siswa.

"Dia itu disiplin, baik dan suka menolong siapa saja, mau anak anak kelas X , XI atau XII jurusan IPS, IPA siapa saja dia bantu jika ada kesulitan," kata Ro'iyah, siswa kelas XI IPS.

Bukan hanya rekan sebayanya, guru-guru pun memiliki kesan yang baik terhadap Aldi. Dia dikenal sebagai anak yang bersikap baik dan santun, mendengar kelulusan Aldi membuat para guru lega, karena akan melihat Aldi segera menyambut masa depannya.

"Saya guru ekonominya Aldi, kalau dibilang pintar, dia cukuplah, tapi anaknya disiplin selalu sopan pada kami guru-gurunya. Walaupun saya baru beberapa bulan di sekolah ini, kesan saya sangat baik pada Aldi, senang dia dinyatakan lulus, lega saya sebagai gurunya," kata Yunanti, guru Aldi.

Sekolah ramah anak

Salah seorang pejabat Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) NTB I Made Murta Astawa mengingatkan agar kasus Aldi tak sampai terulang lagi. Semua pihak harus bekerja sama menciptakan kondisi yang aman dan damai.

"Kami berharap semua harus bekerja sama menciptakan suasana pendidikan yang nyaman bagi anak anak, sekolah tidak bisa sendiri, harus dibantu, orang tua siswa harus membantu, semua harus bersinergi termasuk pemerintah, saya mewakili Kementrian Kemdikbud RI, akan terus memantau dan terlibat dalam menciptakan kualitas pendidikan yang baik," kata Astawa.

Pihak LPMP melihat tidak ada yang salah tidak ada yang benar dalam kasus Aldi, tetapi apa yang terjadi dalam kasus tersebut menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.

Divisi Advokasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, Joko Jumadi menegaskan bahwa sekolah ramah anak itu memang sulit diterapkan di NTB, karena tidak semua pihak di sekolah tersebut memahami bagaimana menciptakan sekolah ramah anak.

"Saya melihat banyak program pemerintah terkait sekolah ramah anak hanya jargon saja, salah satu contohnya pada kasus Aldi ini. Kasus ini salah satu indikator sekolah ramah anak, bagaimana sebuah aturan yang ada di sekolah dibuat partisipatif dengan melibatkan siswa, Kasus di SMA1 Sembalun ini adalah contoh dimana peraturan sekolah yang sifatnya masih belum partisipatif," kata Joko.

Joko melihat Dikbud sendiri belum memahami secara jelas apa itu sekolah ramah anak, termasuk kebijakan soal sekolah ramah anak masih setengah hati.

Dia mencontohkan, masih adanya anak yang dikeluarkan dari sekolah, tetapi sampai hari ini tak ada aturan yang dibuat Dikbud untuk mengatur soal bagaimana ketika ada anak bermasalah atau anak nakal.

Semua persoalan itu diselesaikan sesuai tata tertib sekolah. Sementara tata tertib sekolah tidak memiliki kekuatan hukum, sehingga selalu ada masalah ketika ada sekolah yang menerapkan peraturan tanpa memiliki perspektif anak.

"Saya melihat sistem pendidikan kita adalah sistem pendidikan yang tidak mengakomodir perubahan yang terjadi di anak anak," kata Joko.

Kepala Sekolah SMAN 1 Sembalun, Sadikin Ali mengakui bahwa dirinya tidak bisa sendirian dalam menerapkan tata tertib dan kedisiplinan di sekolah, mengawasi 250 anak anak di SMA yang dipimpinnya bukan hal mudah.

"Dengan kasus Aldi, menajdi pelajaran kita bersama, saya mohon dibantu oleh para orang tua siswa, memberi masukan masukan yang positif untuk pengembangan sekolah ini," kata Sadikin.

Sadikin melihat bahwa kasus Aldi memberi banyak pelajaran dan hikmah, bahwa sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Sembalun, apa yang bisa dia banggakan atau prestasi apa yang bisa dibanggakan kalau tidak dibangun bersama dengan kedisiplinan yang tinggi.

"Dengan kejadian seperti ini, jangankan tingkat daerah, tingkat nasional, tingkat dunia pun memperhatikan Sembalun, ini mungkin hikmahnya. Banyak yang mengenal SMAN 1 Sembalun dan memberi bantuan untuk kemajuan sekolah pinggiran ini, saya mengambil sisi positifnya dari peristiwa ini," kata Sadikin.

Perjalanan panjang akan ditempuh Aldi di perjuangan berikutnya, semua pihak menyarankan agar Aldi bisa tetap mengejar cita citanya dan memburu ilmu sampai manapun.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com