Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Perempuan, Kepala Dukuh Ini Ditolak Warganya

Kompas.com - 20/05/2019, 07:00 WIB
Markus Yuwono,
Rachmawati

Tim Redaksi

"Salahku kalau perempuan apa. Wong syarat tak ikuti semua dan tes hasilnya ranking pertama," ujarnya

Diakuinya, sempat ada teror saat ia memutuskan terus maju. Rumahnya dilewati sekelompok orang yang membunyikan kendaraan cukup keras. Selain itu, empat dari lima ketua RT di wilayahnya mengundurkan diri.

"Pas saya datangi ternyata (Ketua) RT 4 dan RT 5 tidak mundur. Mereka tanda tangan surat penolakan karena tidak enak saja sama yang mendatangi. Jadi yang mundur hanya (Ketua) RT 2 dan RT 3 saja," ujarnya.

Dirinya berjanji akan mengajak siapa saja yang menolak untuk berbicara dari hati ke hati. Namun tidak dalam waktu dekat ini karena suasananya masih panas.

Kompas.com akhirnya memutuskan mencari rumah Ketua RT 3. Saat bertannya kepada beberapa warga berkumpul disalah satu rumah, Kompas.com mendapatkan jawaban yang mengejutkan.

"Di sini sudah tidak ada RT sudah bubar semuanya," ucap salah seorang bapak.

Beberapa warga kemudian bercerita tentang keseharian Yuli yang dianggap berperilaku tidak baik.

"Warga di sini sepakat untuk menolak dukuh perempuan. Alasannya kasihan seorang ibu harus bekerja selama 24 jam penuh melayani warga. Kami sebelum pendaftaran sebenarnya sudah menolak adanya calon perempuan," ucap seorang bapak.

Baca juga: Perempuan di Bali Ini Nekat Melahirkan di Lapangan Ditemani Bocah 4 Tahun

"Waktu itu warga ada yang minta tanda tangan untuk SKTM. Dicari sore gak ketemu. Ketemu pas mau berangkat kerja Bu Yuli bilang gak sopan minta tanda tangan di jalan. Padahal dicari di rumah gak ketemu. Suaminya bu Yuli kan RT," ucapnya.

Menurut dia, upaya penolakan warga ini sudah disampaikan ke tingkat desa hingga kecamatan, dan Bupati namun tidak mendapatkan respon.

"Setelah tidak direspon, muncul unek-unek warga yang selama ini ada. Mulai tentang kebiasaan Yuli yang kurang baik terhadap warga. Yuli selaku istri ketua RT 1 dinilai kurang bisa merangkul semua kalangan di wilayahnya," katanya.

Konsekuensi penolakan ini adalah vakumnya kegiatan PKK hingga posyandu oleh warga setempat.

Bahkan warga tidak mau melakukan kegiatan lomba dusun. Ia mengatakan, warga tidak menggelar demo dan hanya mengantarkan ketua RT untuk mundur di kantor desa.

"Memang kegiatan kampung di sini mundur semua. Posyandu semuanya mundur," kata seorang pria lainnya.

"Siapapun yang jadi kami terima asal bukan perempuan," imbuhnya.

Baca juga: Cak Imin: Puan Maharani Mungkin Jadi Perempuan Pertama yang Jabat Ketua DPR

Sementara itu mantan Ketua RT 3 kepada Kompas.com mengaku memutuskan mundur sebagai ketua RT bersama tiga ketua RT lainnya  karena ada penolakan kepala dukuh perempuan oleh warganya.

Ia juga menceritakan ada 410 warga yang tanda tangan menolak kepala dukuh yang baru. Menurutnya, dari RT 2 sampai RT 5 meminta kepala dukuh diganti laki-laki.

"Banyak hal lah. Kalau perempuan undang-undang mengizinkan, tetapi alasannya macam-macam. Kesepakatan (RT) 2 sampai 5 mengundurkan diri kecuali RT 1 karena memang suaminya (Yuli). Dan rencana ini juga termasuk ketua Posyandu, ketua PKK RT, PKK dusun mundur semua itu. Tambah lagi kegiatan posyandu juga vakum," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com