Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Banjir hingga Springbed Pun Muncul di Sungai, Ada Apa dengan Medan?

Kompas.com - 08/05/2019, 08:24 WIB
Dewantoro,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Namun hal tersebut, menurut Budi, seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah. Sekitar tahun 2006-2007, pernah ada wacana dari pemerintah untuk membuat rumah susun bagi masyarakat namun ditolak karena konsepnya tidak jelas dan merugikan masyarakat.

Selama ini, masyarakat juga sering disalahkan karena dianggap sebagai penyebab banyaknya sampah di sungai. Di sisi lain, pemerintah tidak menyediakan fasilitas kebersihan yang layak bagi masyarakat.

"Kami di sini sudah sering mengampanyekan kebersihan agar sungai bersejarah ini bisa kembali seperti dulu. Kami rindu air yang jernih dan tak sering banjir. Lalu peran pemerintah apa," katanya.

Andri, warga lainnya, mengatakan, selama ini pemerintah lebih sering berbicara tentang pembangunan, seperti memiliki maksud menggusur masyarakat dari rumahnya yang sudah ditinggalinya secara turun temurun.

"Masyarakat mau diajak berdialog dan aksi untuk membahas bagaimana nasib kami, bagaimana sungai ini supaya tidak banyak sampah dan banjir. Tapi tak ada. Masyarakat mau kok bergerak selama untuk kebaikan semuanya," katanya.

Ada apa Medan?

 

Kota Medan belum bisa lepas dari masalah banjir. Selain banjir yang disebabkan oleh meluapnya air Sungai Deli yang mengalir dari dataran tinggi di Tanah Karo di bagian atas, Deli Serdang di bagian tengah dan Medan di bagian bawahnya, Kota Medan juga buruk terkait sistem drainase.

Menurut pengamat lingkungan, Jaya Arjuna, drainase adalah permasalahan utama kota Medan. Seringkali banjir terjadi di kota, tetapi sungai tidak meluap.

Baca juga: Banjir di Mana-mana, Wali Kota Medan Minta Maaf

Medan, lanjut dia, mengalami banjir dalam skala besar sejak tahun 2006. Dari hanya sedikit titik banjir, bertambah menjadi 80 persen Kota Medan menjadi titik banjir dan sekarang hampir seluruhnya terjadi banjir.

"Selama ini dilakukan banyak pengorekan parit. Pengorekan, itu mengalirkan air. Ternyata air tidak mengalir. Pengorekan itu sia-sia jadinya," katanya.

Pasalnya, terjadi sedimentasi dalam jumlah banyak di drainase.

Jaya mengatakan, Kota Medan tidak selayaknya kebanjiran karena berada di 25 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan, menurut dia, dirancang sebagai kota berkelas Eropa oleh Belanda dengan membangun sistem drainase yang mumpuni namun tidak dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kota Medan.

Baca juga: Hujan Deras Penyebab Kota Medan Banjir? Ini Komentar Wali Kota Medan dan Gubernur Sumut

Kota yang sudah berumur empat abad ini disebut sebagai Paris van Sumatera, secara fungsi menyerupai Bandung sebagai Paris van Java.

Desain kota dibuat sedemikian rupa dengan standar Eropa. Berbeda dengan Jakarta, Semarang dan Surabaya ketinggiannya setara dengan permukaan air laut.

"Pembangunan Medan ini tidak tanggung. Standar Eropa. Lalu ada 7 sungai buatan, di antaranya Sungai Bedera, Sungai Putih, Parit Busuk. Jadi Kota Medan ini dirancang tidak boleh banjir lalu kenapa sekarang banjir? Ini karena pemerintah tak mampu mengelolanya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com