Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ahmad Fajar, Balita Penderita Gizi Buruk di Mojokerto

Kompas.com - 11/04/2019, 07:11 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Kompas TV Sekitar 80-an anak meninggal dunia karena busung lapar, campak, dan sejumlah penyakit lain di sejumlah distrik di Asmat pada Desember 2017 hingga Januari 2018.<br /> <br /> Meski status kejadian luar biasa telah dicabut, kepedulian dan sorotan terhadap kualitas hidup warga Asmat masih berdatangan salah satunya dari dana kemanusiaan Kompas yang menyerahkan lima lapangan bermain bagi warga Asmat.

"Kalau (dilihat) kasat mata kan, memang anak itu sudah tidak bisa makan makanan kasar, bisanya hanya minum susu sama makanan halus," ungkap Susi Dwiharini.

Asmiatun, nenek Ahmad Fajar mengungkapkan, dia merawat balita itu sejak ibunya meninggal dunia pada 2016 silam. Ahmad Fajar adalah putra kedua dari putrinya, Yunita.

Yunita, tutur Asmiatun, meninggal dunia akibat infeksi paru-paru saat Ahmad Fajar berusia 18 bulan. Sejak saat itu, dia bersama Jumbadi (54), suaminya yang merawat Ahmad Fajar dan kakaknya, Galih (12).

Baca juga: Sepekan di RS, Berat Badan Anak Gizi Buruk Akut Bertambah

Sementara sang ayah dari anak tersebut, disebut jarang datang ke rumah. Sang ayah, disebut hanya sesekali datang menengok kedua anaknya sembari memberi uang untuk membeli susu.

Asmiatun mengatakan, kondisi kesehatan Ahmad Fajar mulai memburuk sejak ibunya meninggal dunia. Sebelumnya, cucu keduanya itu terlihat normal.

Selama merawat cucunya itu, Asmiatun mengaku hanya bisa memberi susu formula dan menyuapi dengan bubur. Selama dalam perawatannya, Ahmad Fajar tidak bisa mengonsumsi makanan kasar.

"Makannya ya makan bubur, sama susu," kata Asmiatun, saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Mojokerto, Selasa (9/4/2019).

Kedua kaki dan tangan Ahmad Fajar juga kaku. Hanya tubuh bagian leher yang bisa digerakkan, namun perlu disangga karena balita itu tidak mampu menyangga lehernya sendiri.

Kondisi itu, kata Asmiatun, terjadi sejak Ahmad Fajar berusia 18 bulan. Akibat keterbatasan biaya, Ahmad Fajar selama ini hanya dibawa berobat ke tempat terapi.

Tidak terdaftar BPJS

Meski kondisi gizi dan kesehatan Ahmad Fajar memprihatinkan, Asmiatun dan Jumbadi tak mampu membawa cucunya itu berobat ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan.

Penghasilan Jumbadi sebagai buruh tani dan pemulung hanya cukup untuk kebutuhan makan. Di sisi lain, Ahmad Fajar tidak terdaftar dalam kepesertaan BPJS Kesehatan.

"Saya punya (BPJS), kalau Fajar enggak punya. Punya saya KIS, yang dari pemerintah," ungkap Asmiatun.

Baca juga: Sehari di Rumah Sakit, Anak Gizi Buruk Mulai Bisa Minum Susu

Pada Rabu (10/4/2019), Ahmad Fajar dibawa ke RSUD RA Basuni Kabupaten Mojokerto untuk menjalani perawatan intensif.

Camat Kemlagi, Tri Cahyo mengatakan, Ahmad Fajar diupayakan bisa dirawat sampai tuntas hingga gizi balita itu bisa diperbaiki.

Untuk pembiayaan, Tri Cahyo menyebut akan ditangani oleh Pemkab Mojokerto. "Biayanya kami pikirkan, itu menjadi tanggung jawab pemerintah. Kami upayakan supaya dirawat sampai selesai," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com