Proses pencarian korban banjir dan longsor terus dilakukan oleh Tim SAR.
"Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban diintensifkan untuk mencari korban. Tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi dan belum semua daerah terdampak dijangkau karena tertutup pohon, batu, lumpur dan material banjir banjir bandang," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu pagi.
BNPB telah melaporkan kepada Presiden Jokowi dampak dan penanganan bencana banjir bandang dan longsor di Jayapura.
BNPB berangkat ke Sentani untuk memberikan pendampingan dan bantuan kepada Pemda Jayapura dan Papua.
Baca Juga: 74 Orang Dilaporkan Hilang akibat Banjir Bandang di Jayapura
Sutopo mengatakan, dari data sementara, sebanyak 4.728 jiwa mengungsi di enam titik pos penampungan. Jumlah pengungsi terbesar yaitu 1.450 jiwa yang terdapat di BTN Gajah Mada.
Kelima pos penampungan yang lain berlokasi di Posko Induk Gunung Merah yang menampung 1.273 jiwa, BTN Bintang Timur 600 jiwa, Sekolah HIS Sentani 400 jiwa, SIL Sentani 300 jiwa, dan Doyo Baru 203 jiwa.
Sebanyak 11.725 keluarga terdampak banjir bandang yang dipicu oleh hujan ekstrem yang berlangsung selama 7 jam tersebut.
"Upaya penanganan pemerintah daerah setempat telah dilakukan sejak hari pertama pascabanjir bandang," kata Sutopo.
"Terkait dengan korban hilang, 34 jiwa diidentifikasi di Kampung Milimik Sentani, 6 di kompleks Perumahan Inauli Advent, dan 3 di Doyo Baru," kata Sutopo melanjutkan.
Baca Juga: Bertambah Lagi, Korban Tewas Banjir Bandang Sentani Jayapura Jadi 70 Orang
Sarjan Urwan, bayi berusia lima bulan, ditemukan selamat setelah tertimbun longsor selama 14 jam, di kawasan SIL, Kelurahan Hinekombe, Distrik Sentani.
Ayah korban, Listerius Urwan mengatakan, bayi laki-lakinya tersebut terkubur material lumpur sedalam lima meter. Beruntung ada satu papan di atasnya.
Papan tersebut menjadi penahan sehingga korban tidak langsung tertimbun dan masih terdapat rongga udara.
"Anak saya luar biasa dan saya sudah yakin anak ini sudah tidak ada lagi. Tetapi ini cara Tuhan yang luar biasa. Dia bertahan hidup satu hari satu malam. Saya berkomitmen untuk bagaimana caranya saya dapat saya punya anak, itu komitmen saya, kalau nyawa itu Tuhan punya," tuturnya.
Menurut dia, tepatnya pada Minggu siang sekitar pukul 11.00, jemaat Gidi Kalpari dan mahasiswa yang sedang berada tidak jauh dari rumahnya mendengar suara bayi menangis.
"Berulang-ulang kami dengar dan betul itu anak saya, dia terlempar 10 meter dari rumah," katanya.
Baca Juga: Cerita Ayah yang Bayinya Tertimbun 14 Jam Pascabanjir Sentani Jayapura
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.