Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] 3 Prajurit TNI Gugur di Nduga | Banjir Bandang Tutup Tol Caruban-Solo

Kompas.com - 08/03/2019, 05:29 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua, membuat tiga prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) gugur, pada hari Kamis (7/3/2019).

Menurut Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, TNI berhasil menewaskan setidaknya 7 anggota KKB dalam baku tembak tersebut. TNI juga berhasil merampas sejumlah senjata api milik gerombolan KKB. 

Sementara itu, berita tentang banjir bandang yang melanda Kabupaten Madiun juga menyita perhatian pembaca Kompas.com. Banjir setinggi kurang lebih 75 sentimeter membuat tol Caruban-Solo ditutup sementara.

Selain itu, banjir telah merendam 35 desa di 8 kecamatan di Kabupaten Madiun. Warga korban banjir terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Berikut ini berita populer nusantara secara lengkap:

1. Baku tembak di Nduga, 3 prajurit TNI gugur 

Serda Yusdin, salah satu parajurit TNI yang menjadi korban penembakan oleh kelompok KKSB di Nduga, Papua, Kamis (07/03/2019)KOMPAS.com/AMRAN AMIR Serda Yusdin, salah satu parajurit TNI yang menjadi korban penembakan oleh kelompok KKSB di Nduga, Papua, Kamis (07/03/2019)

Sebanyak tiga prajurit TNI gugur dalam kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata di Nduga, Papua, Kamis (7/3/2019).

"Kini ketiga anggota yang gugur telah diterbangkan ke Kabupaten Mimika untuk disemayamkan," kata Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi.

Tiga prajurit TNI yang gugur adalah Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin, dan Serda Siswanto Bayu Aji.

Di pihak KKB, kata Aidi diperkirakan ada 7 hingga 10 anggota KKB yang tewas. Namun, jenazah mereka dibawa kabur oleh kelompoknya.

“Sementara dari pihak KKB, prajurit TNI berhasil merampas lima pucuk senjata milik KKB dan ditemukan satu orang mayat. Diperkirakan setidaknya 7-10 orang anggota KKB juga tewas. Namun, mayatnya berhasil dibawa kabur oleh teman-temannya,” kata Aidi.

Baca berita selengkapnya: 3 TNI Gugur dalam Kontak Senjata dengan KKB di Nduga

2. Banjir bandang menutup ruas Tol Caruban-Solo

Nampak banjir bandang masih menggenangi lajur jalan tol ruas Caruban-Solo hingga Kamis ( 7/3/2019) siang. KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI Nampak banjir bandang masih menggenangi lajur jalan tol ruas Caruban-Solo hingga Kamis ( 7/3/2019) siang.

Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Madiun terus meluas hingga menutup ruas tol Caruban-Solo.

PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri (JNK) terpaksa menutup ruas tol arah Caruban ke Solo menyusul ketinggian air yang masuk ke tol mencapai 75 cm.

"Banjir masuk di kilometer 603+800 sampai 604+200 jalur B (arah dari Surabaya menuju Solo). Ketinggian kurang lebih sekitar 75 sentimeter untuk daerah paling tinggi," kata Area Manager Tol Ngawi-Kertosono, Sabililah, saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (7/3/2019).

Baca berita selengkapnya: Banjir Bandang di Madiun Naik Hingga 75 Cm, Ruas Tol Caruban-Solo Ditutup

3. Saat Sule dan Dedi Mulyadi bicara Pilpres 2019

Dedi Mulyadi bersama Seniman Sunda Entis Sutisna alias Sule.KOMPAS.com/PUTRA PRIMA PERDANA. Dedi Mulyadi bersama Seniman Sunda Entis Sutisna alias Sule.

Entis Sutisna atau yang karib disapa Sule menjadi bintang tamu dalam acara Mitembiyan Ngaruwat Taman Giri Harja yang digelar di Kampung Cilodong, Desa Cikopo, Kecamatan Bungursasi, Kabupaten Purwakarta, Rabu (6/3/2019).

Saat sesi bincang santai, Sule yang duduk bersama Dedi Mulyadi sempat ditanyakan oleh wartawan soal dukungan politiknya di ajang Pilpres 2019 mendatang.

“Wah, enggak bisa dong, itu mah hak privasi,” kata Sule disambut gelak tawa Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta tersebut.

Dedi Mulyadi mengatakan, Sule bukan pendukung Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Baca berita selengkapnya: Ketika Dedi Mulyadi dan Sule Bicara Pilpres 2019

4. Tentang sebutan kafir, PHDI apresiasi NU 

Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra.KOMPAS.com/GHINAN SALMAN Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra.

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) menyambut baik hasil kajian hukum atau Bahtsul Masail Maudluiyyah pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar PBNU tentang pembatasan penggunaan sebutan kafir bagi umat non-muslim.

Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra, mengatakan, sebutan kafir diakuinya memang berpotensi menimbulkan gesekan dan ketersinggungan. Karena itu pihaknya menyambut baik hasil keputusan Munas PBNU tersebut.

"Iya, baik (keputusan Munas PBNU). Kalau (kafir) itu kan sering membuat tersinggung. Tapi kalau kita (umat Hindu) tak pernah tersinggung untuk itu (disebut kafir)," ucap Sutantra, di Surabaya, Rabu (6/3/2019).

Baca berita selengkapnya: PHDI Hormati Keputusan NU Soal Pembatasan Sebutan Kafir

5. Situs bersejarah diduga warisan zaman Majapahit

Lokasi ditemukannya situs purbakala diduga rumah masa Kerajaan Majapahit di Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.Dokumentasi Warga/Gigih Lokasi ditemukannya situs purbakala diduga rumah masa Kerajaan Majapahit di Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Situs purbakala diduga rumah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit ditemukan di kawasan Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Situs itu berada di jalur pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur Andi Muhamad Said mengatakan, timnya sudah melakukan pengecekan ke lapangan.

Analisis sementara, situs purbakala itu merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang berjaya sejak tahun 1293 hingga 1500 Masehi.

"Kalau memperhatikan foto-foto yang di-upload teman-teman komunitas, menunjukkan bahwa ukuran batanya menyerupai bata masa Majapahit dan terlihat ada struktur yang masih intak," katanya kepada Kompas.com melalui pesan tertulis, Kamis (7/3/2019).

Baca berita selengkapnya: Situs Purbakala Diduga Rumah pada Masa Kerajaan Majapahit Ditemukan

Sumber: KOMPAS.com (Andi Hartik, Ghinan Salman, Putra Prima Perdana, Muhlis Al Alawi, John Roy Purba)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com