Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Lasiyo, Penjaga Toko yang Jadi "Profesor" Pisang, hingga Jadi Pembicara di Luar Negeri

Kompas.com - 17/01/2019, 07:00 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mengunjungi rumah Lasiyo Syaifudin (64) di Dusun Ponggok, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, berbeda dengan rumah pada umumnya. Di pekarangannya terdapat ratusan pohon pisang kecil yang siap ditanam.

Berbagai varietas pisang dikembangkannya tersebut ternyata berawal dari keprihatinannya pasca-gempa Yogyakarta pada 2006, yang saat itu menimpa masyarakat sekitar. 

Ketika Kompas.com datang ke rumahnya, Lasiyo selesai mandi. Dengan wajah sumringah ia mempersilakan masuk ke balai pertemuan. Balai tersebut dulunya merupakan bekas rumahnya yang hancur akibat gempa Yogyakarta pada 2006 lalu.

Dia bercerita, setelah gempa besar melanda Yogyakarta dan sekitarnya, ia berkoordinasi dengan pihak kelurahan, untuk menghilangkan rasa kalut warga akibat dampak gempa.

"Dulu mikirnya, bagaimana caranya menghilangkan suasana kalut warga, bagaimana kalau warga budidaya pohon pisang,"ucapnya, Rabu (16/1/2019). 

Baca juga: Populer di Kompasiana: Dari Kaesang yang Jualan Pisang hingga Media Sosial Sterilkan Linimasa

Sesekali membuka buku catatan perjalanannya, Lasiyo terus bercerita. Saat itu dukungan pemerintah Desa Sidomulyo langsung didapatkannya, dengan mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur pemberian bantuan untuk warga.

Salah satunya, siapa menanam bibit pisang raja satu hamparan lahan lebih 50 buah, dibelikan senilai Rp 5.000 per batang. "Karena saya yang pertama kali, waktu itu menanam 100 batang,"katanya.

"Setelah ada budidaya bibit pisang dan ada yang tanya pisang, kondisi lingkungan bisa terjaga. Pekarangan yang biasanya kosong dan gersang bisa ada manfaatnya," ucapnya.

Menanam memang bukan sesuatu yang baru baginya, karena selain bekerja sebagai penjaga toko di kota Bantul, dirinya memang menjadi koordinator kelompok Petani Pemakai Air di Desa Sidomulyo.

Saat pengembangan pisang, dirinya tidak menggunakan pestisida kimia, tetapi organik. Dengan kegigihannya, bahkan dirinya disebut sebagai 'Profesor' Pisang.

Baca juga: Cicipi Nasi Goreng Pisang, Ganjar Ajak Warga Tinggalkan Makanan Impor

 

Hanya lulus paket B, jadi profesor pisang di universitas terkenal, hingga sabet puluhan penghargaan

Lasiyo Menunjukkan Lokasi Pembuatan Pupuk Organiknya di Rumahnya Dusun Ponggok, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Rabu (16/1/2019)KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Lasiyo Menunjukkan Lokasi Pembuatan Pupuk Organiknya di Rumahnya Dusun Ponggok, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Rabu (16/1/2019)

Sudah lebih dari 20 varietas bibit pisang dibudidayakan di samping kediamannya. Misalnya, pisang jenis raja bulu, raja bagus, klutuk, ambon barangan, raja kuning, pisang emas kirana, dan pisang emas saling Jogja.

Selain itu ada juga juga pisang kongo, dan pisang gading. Bibit unggulannya pisang raja, ambon, gepok, dan raja susu. Bibitnya berasal dari berbagai wilayah, dirinya rutin mencari bibit pisang ke pelbagai daerah.

Diakuinya, dirinya menjual bibit pisang dengan harga diatas rata-rata, biasanya Rp 8.000 dirinya menjual Rp 13.000 perbatangnya. Hal ini lantaran kualitas dan dikembangkan secara organik. "Banyak yang membeli dari Jawa Tengah, Jawa Timur ngambilnya ke sini," katanya.

Pupuk organik pun dia buat sendiri yang berasal dari sampah di sekitar rumahnya, dan diolah menjadi pupuk. "Saya juga dapat julukan pemulung sampah," ujarnya sembari tersenyum.

Baca juga: Unik, Pohon Pisang Ini Berbuah Ribuan hingga Sempat Disangka Hoaks

Meski hanya lulus paket B, ekpiawainnya mengembangkan bibit pisang membawanya masuk ke perguruan tinggi ternama di Yogyakarta, bahkan hingga ke Dinas Pertanian kabupaten dan provinsi DIY.

Tak heran jika sederet penghargaan diperolehnya, ada sekitar 50 pernghargaan baik dari pemerintah maupun lembaga. "Semua pisang tak sulit dibudidayakan. Tergantung pembelajaran," ucapnya.

Lasiyo mengatakan,dirinya mengelola koperasi beranama Agromirasa Bantul Yogyakarta (Amboy) dengan anggota 33 orang dari 12 kecamatan di Bantul.

Saat ini kantornya berada di rumah miliknya yang roboh akibat gempa 2006. Hampir setiap hari tamu dari berbagai daerah ataupun lembaga pendidikan mendatangi rumah sederhana itu. "Banyak yang ingin belajar ke sini," katanya.

Cerita Lasiyo jadi pembicara pisang di luar negeri

Pria kelahiran 1955 ini bahkan pernah menjadi pembicara di Turin, Italia pada 2016 silam. Meski tidak berbicara langsung, hasil karyanya didokumentasikan dan diputar kepada 62 perwakilan negara. Ia diminta berbicara proses budidaya bibit pohon yang dilakukan secara organik "Saya tidak bisa bahasa Inggris, dan waktu itu berbicara melalui penerjemah,"katanya.

"Saya seminggu memakai sorjan dan blangkon. Ternyata itu memang acara yang setiap tahun digelar untuk memberikan kesempatan orang yang memiliki inovasi, mengambangkan potensi lokal dan ramah lingkungan."ucapnya bangga.

Tak hanya itu, dirinya sempat pergi ke Malaysia pada 2017. Namun, saat itu Lasiyo bersama sebuah lembaga melakukan survei lahan yang hendak ditanami pisang di Batam dan berlanjut hingga wilayah Malaysia.

Lasiyo memiliki dua anak yakni Nurlaila dan Bisri Mustofa, dari pernikahannya dengan Sujinah. Anaknya Bisri mengikuti jejaknya untuk menjadi pembudidaya pisang. "Anak saya Bisri sudah saya ajari banyak untuk budidaya," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com