Menurut dia, di Desa Buluh Cina lebih seribu hektar kebun dan ratusan hektar kebun karet yang dilanda banjir. Perekonomian warga lumpuh.
"Sekarang ini kami cuma bisa cari ikan, kemudian dijual," kata Jefrizal.
Dia mengaku juga tidak mengungsi, meski ada posko pengungsian yang sudah disediakan pihak pemerintah setempat.
"Tenda dan dapur umum ada, Pak. Tapi jauh di seberang sana di Desa Baru. Dari desa kami jaraknya sekitar tiga kilometer menyeberang sungai. Uang enggak ada mau bayar ongkos robin (perahu mesin)," sebutnya.
Dia mengaku sejauh ini belum ada warga yang terserang penyakit akibat banjir tersebut.
"Penyakit memang enggak ada, tapi kelaparan yang ada. Karena kami baru sekali dapat bantuan. Sementara dapur umum buat makan ke sana jauh. Harusnya di tengah desa dibuat dapur umum yang tinggi. Jadi biar kami lebih mudah dapat makan," tutup Jefrizal.
Sementara itu, pantauan Kompas.com, banjir di Desa Buluh Cina sangat parah. Rumah dan perkebunan warga habis terendam air.
Warga juga terlihat cukup ramai mandi di lokasi banjir, terutama anak-anak. Selain itu, warga memanfaatkan waktu untuk menangkap ikan.
Banjir ini terjadi setelah lima pintu air waduk PLTA Koto Panjang dibuka. Sehingga, warga yang tinggal di sisi hilir sungai rata-rata kebanjiran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.