Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Rumah Batu "Spongebob" di Wonogiri, Biaya Rp 100 Jutaan hingga Jadi Langganan "Selfie"

Kompas.com - 08/12/2018, 15:22 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rumah batu di Wonogiri menjadi perbincangan warganet dalam sepekan terakhir.

Konstruksi bangunan yang menarik dan bentuknya yang mirip dengan rumah milik tokoh kartun Patrick di film Spongebob menjadi daya tarik tersendiri.

Rumah batu milik keluarga Sutini tersebut ternyata sudah ada sejak 2002. Saat itu, keluarga Sutini menghabiskan dana sekitar Rp 100 juta untuk mendirikan rumah batu tersebut.

Inilah fakta di balik bangunan rumah batu di Wonogiri:

 

1. Rumah batu menjadi viral di media sosial

Warganet tengah dihebohkan dengan keberadaan rumah batu di Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Rumah batu milik keluarga Sutini menjadi viral karena mirip rumah Patrick di Bikini Bottom di film kartun Spongebob. Foto-foto rumah batu di Wonogiri diunggah ke media sosial akhir bulan November 2018 lalu.

Dari penelusuran, foto-foto rumah batu itu sudah dibagikan 1.721 kali. Ternyata, rumah batu yang ditempati Sutini sudah berdiri sejak 16 tahun silam dan dibangun oleh suami Sutini, Loso, tahun 2002 lalu.

Baca Juga: Fakta Unik Bus Tayo Sukoharjo, Viral di Medsos hingga Gara-gara Film Kartun

 

2. Lima pekerja bangunan dan biaya Rp 100 juta

Ibu Sutini menemui warga yang ingin menyaksikan langsung rumah batu miliknya di Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Dokumentasi Nurwono Ibu Sutini menemui warga yang ingin menyaksikan langsung rumah batu miliknya di Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Rumah batu tersebut luasnya kira-kira 9 x 9 meter, terdiri dari dua lantai yang didesain mirip dengan batu. Loso butuh waktu sekitar enam bulan dengan bantuan lima pekerja.

"Pembangunan rumah batu itu sekitar tahun 2002 setelah setahun saya lulus STM. Rumah itu dibangun lima orang dan dikerjakan selama enam bulan dengan biaya sekitar seratusan juta rupiah," kata Nurwono, putra Loso.

"Saat ini yang tinggal di rumah batu itu ibu dan nenek saya," katanya kepada Kompas.com, Kamis (5/12/2018).

Baca Juga: Viral, Penumpang Wanita Kejar Pesawat hingga ke Landasan Pacu karena Ketinggalan

 

3. Berawal dari mencintai taman, bukan karena Spongebob

Inilah pintu masuk rumah batu milik Sutini, warga Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Dokumentasi Nurwono Inilah pintu masuk rumah batu milik Sutini, warga Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Nurwono menceritakan, pembangunan rumah batu itu tidak terinspirasi dari film apapun, namun karena ayahnya suka membuat taman.

"Jadi inspirasi pembuatan rumah batu tidak ada kaitannya dengan film. Karena saat itu belum ada film Spongebob. Pembangunan rumah itu berawal dari keinginan bapak saya yang suka membuat taman. Taman itu biasanya ada batu-batu bulatnya. Lalu tercetus ide bapak saya kalau batu itu dibuat rumah itu jadinya seperti apa," kata Nurwono.

Tak hanya itu, bapaknya memilik karakter membangun rumah dan taman tidak mau seperti yang sudah dibuat orang lain.

"Bapak saya sukanya yang nyeleneh. Makanya bapak saya membuat rumah batu," ujar Nurwono.

Baca Juga: Jadi Viral, Curahan Hati Wisely, Pemohon SIM di Gresik, Usai Dinyatakan Lulus Tes

 

4. Suasana di rumah batu

Inilah tangga ke lantai dua rumah batu milik Sutini, warga Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. /Dokumentasi Nurwono Inilah tangga ke lantai dua rumah batu milik Sutini, warga Dusun Mujing, Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Meski berbentuk batu, kondisi ruang di dalam rumah batu tidak panas pada siang hari. Justru, ruang di dalam rumah terasa panas pada malam hari.

"Siang hari rumahnya kena matahari panas imbasnya ke malam. Sementara kalau malam cuaca di luar dingin sehingga saat siang di dalam rumah malah tidak panas," kata Nurwono.

Untuk mendapat sirkulasi yang baik, banyak jendela di beberpa titik rumah. Sementara, lantai satu rumah batu itu model kamar dan ruang tamu disekat-sekat dengan lemari. Sementara lantai dua dibiarkan kosong.

Baca Juga: Mendadak Viral, Foto Rumah Klasik "Bohemian Rapsody" di Blitar

 

5. Dikunjungi banyak orang untuk swafoto

Setelah viral di media sosial, setiap hari rumah batu milik Sutini dikunjungi ratusan orang. Kebanyakan orang yang datang penasaran dengan bentuk rumah dan ingin melihat secara langsung.

"Pengunjung masuk ke rumah sampai ke lantai dua untuk foto-foto dan swafoto. Ada yang dibuat dokumen pribadi dengan pengambilan gambar video. Tetapi kami malah senang mendapatkan kunjungan dari banyak orang," jelas Nurwono.

Mendapat kunjungan banyak orang, keluarga Sutini merasa bangga dan senang. Setidaknya rumah karya bapaknya itu bisa menginspirasi banyak orang.

"Saat datang ke rumah, banyak yang bilang mau buat rumah batu. Tetapi soal realisasinya benar atau tidak saya tidak tahu," ungkap. Nurwono.

Kendati berbentuk unik, rumah batu juga memiliki fungsi sosial. Saat gempa dan bencana longsor tiba, banyak tetangga yang mengungsi di rumah batu.

"Para tetangga merasa aman kalau tinggal di rumah. Karena rumah itu tidak akan roboh," demikian pungkas Nurwono.

Baca Juga: Viral Rumah Batu "Patrick SpongeBob" di Wonogiri yang Sering Jadi Tempat Pengungsian

 

Sumber: KOMPAS.com (Muhlis Al Alwi)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com